ABSTRAK Januar Jody Ferdiansyah
PUBLIC Yoninur Almira BAB 1 Januar Jody Ferdiansyah
PUBLIC Yoninur Almira BAB 2 Januar Jody Ferdiansyah
PUBLIC Yoninur Almira BAB 3 Januar Jody Ferdiansyah
PUBLIC Yoninur Almira BAB 4 Januar Jody Ferdiansyah
PUBLIC Yoninur Almira BAB 5 Januar Jody Ferdiansyah
PUBLIC Yoninur Almira BAB 6 Januar Jody Ferdiansyah
PUBLIC Yoninur Almira DAFTAR Januar Jody Ferdiansyah
PUBLIC Yoninur Almira 2020 TS PP JANUAR JODY FERDIANSYAH_LAMPIRAN.pdf)u
PUBLIC Yoninur Almira
Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan mengakibatkan beberapa
permasalahan pada beberapa aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan perkotaan
tersebut. Secara fisik kota, pertumbuhan penduduk akan diikuti dengan
meningkatnya kebutuhan pembangunan tempat tinggal atau perumahan.
Keterbatasan lahan di pusat kota akan memberikan kesenjangan pada masyarakat
khususnya masyarakat berpendapatan rendah (MBR) untuk memperoleh tempat
tinggal yang layak. Peningkatan jumlah penduduk di kota dengan terbatasnya lahan
akan menjadi permasalahan kota dengan timbulnya perkembangan perumahan yang
tidak teratur yang minim dari fasilitas kota.
Kota Cimahi merupakan bagian dari Kawasan Metropolitan Bandung dimana
berdampingan dengan Kota Bandung. Di dalam RTRW Kota Cimahi telah
diarahkan untuk mewujudkan Kota Cimahi sebagai kota inti di Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) cekungan Bandung. Perkembangan Kota Cimahi tersebut akan
membuat daya tarik masyarakat untuk beraktifitas dan bermukim di wilayah Kota
Cimahi. Pertumbuhan penduduk akan meningkatkan kebutuhan perumahan.
Peningkatan kebutuhan rumah yang tidak diseimbangi dengan daya dukung lahan
dapat menyebabkan beberapa permasalahan lingkungan perkotaan diantaranya
timbulnya permukiman informal hingga penurunan kualitas lingkungan.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk memahami keterkaitan tingkat partisipasi
masyarakat dengan peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh serta
potensi dan hambatannya. Dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan dan
variabel dari karakteristik sosial, ekonomi masyarakat dan fisik permukiman,
tingkat partisipasi masyarakat, dan potensi maupun hambatan masyarakat dalam
meningkatkan kualitas permukiman. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan pendekatan kuantitatif, dimana bersifat eksplorasi menggunakan
data primer maupun dana sekunder. Wilayah studi mikro yang dipilih yaitu
kawasan Setiamanah dan kawasan Babakan Kidul. Teknik analisis yang digunakan
yaitu analisis deskriptif dan uji korelasi menggunakan program SPSS dengan uji
Chi-Square dan uji Spearman.
Hasil analisis menunjukan beberapa temuan diantaranya hubungan karakteristik
masyarakat atau sosial ekonomi dengan peningkatan kualitas lingkungan
didapatkan hasil berbeda di dua kawasan, di kawasan Pojok Setiamanah yang
memiliki hubungan dengan peningkatan kualitas lingkungan yaitu jenis pekerjaan
dan di kawasan Babakan Kidul yang memiliki hubungan dengan peningkatan
kualitas lingkungan yaitu lama tinggal. Pada sosial ekonomi dengan tingkat
partisipasi masyarakat di kawasan Pojok Setiamanah yang memiliki hubungan yaitu
lama tinggal dan di kawasan Babakan Kidul pada variabel lama tinggal dan tingkat
pendapatan. Pada analisis korelasi tingkat partisipasi dengan peningkatan kualitas
lingkungan memiliki perbedaan, jika di kawasan Setiamanah didapatkan hubungan
tingkat partisipasi dengan peningkatan kualitas lingkungan permukiman sebaliknya
di kawasan Babakan Kidul tidak adanya hubungan dengan tingkat partisipasi.
Secara perbandingan dari karakteristik sosial ekonomi dan partisipasi yang lebih
mempengaruhi kualitas lingkungan permukiman yaitu karakteristik sosial ekonomi.
Hal tersebut merupakan dasar dari peningkatan kualitas lingkungan. Ketika sosial
ekonomi atau kesejahteraan masyarakatnya baik akan mempengaruhi partisipasi
masyarakat secara langsung akan memberikan dampak positif pada kualitas
lingkungan permukimannya.
Hambatan yang dimiliki masyarakat dimana kurangnya kesadaran dan kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya kondisi lingkungan yang baik dapat diminimalkan
melalui program-program yang dilaksanakan skala RT/RW melalui kerja sama
dengan pemerintah maupun organisasi non-profit. Potensi masyarakat yang belum
tersalurkan dari beberapa kegiatan dan beberapa inisiatif masyarakat dapat
membuat kelompok perbaikan lingkungan sesuai dengan preseden dimana untuk
membangkitkan kesadaran dan mengorganisasi masyarakat dalam meningkatkan
kualitas lingkungan permukiman.