BAB 1 THREE SEBASTIANUS SIHALOHO
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 THREE SEBASTIANUS SIHALOHO
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 THREE SEBASTIANUS SIHALOHO
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 THREE SEBASTIANUS SIHALOHO
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 THREE SEBASTIANUS SIHALOHO
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA THREE SEBASTIANUS SIHALOHO
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PT Amman Mineral Nusa Tenggara (PT AMNT) merupakan salah satu perusahaan
pertambangan di Indonesia yang mengolah tembaga. Bijih yang diolah di PT
AMNT beberapa mineral berharga, yaitu kalkopirit (CuFeS2), dan bornit (Cu5FeS4),
serta mineral pengotor, yaitu pirit (FeS2), dan silika (SiO2). PT AMNT mengolah
bijih tembaga sulfida dengan bantuan salah satu media kimia yaitu kapur sebagai
pH regulator. Kapur yang digunakan ada 2 jenis, yaitu pebble lime dan hydrated
lime. Konsumsi kapur yang digunakan di PT AMNT tergolong cukup tinggi dan
belum optimal. Optimasi dalam penggunaan kapur sebagai pH regulator
dibutuhkan untuk mengurangi konsumsi kapur.
Serangkaian percobaan dilakukan, diawali dengan pengambilan sampel kapur yang
berasal dari laboratorium QA & QC dan area lime plant (hydrocyclone, tangki 15,
dan tangki 16), serta sampel konsentrat rougher row 5. Kemudian, sampel yang
telah diambil dipreparasi dengan alat filter press dan oven. Setelah sampel
diprepasi, sampel dilakukan analisis ayak untuk mengetahui distribusi ukuran
partikel sampel. Pada percobaan ini juga dipelajari pengaruh persen padatan, persen
air Santong (air asam tambang yang berasal dari area Santong), dan suhu awal air
terhadap reaktivitas, pH lime slurry, dan konsumsi kapur. Analisis reaktivitas kapur
dilakukan pada sampel kapur dengan variasi suhu awal air dari 25 – 35oC (pebble
lime; dan hydrated lime dari 40 – 60oC), persen padatan 10 – 25%, dan persen air
Santong 0 – 100%. Pada saat pengukuran pH lime slurry dan konsumsi kapur,
variasi yang sama dilakukan seperti pada analisis reaktivitas.
Hasil analisis distribusi ukuran partikel lime slurry yang diperoleh pada tangki 15
dan tangki 16 dengan nilai p50 sebesar 0,065 mm – 0,070 mm. Hasil analisis
reaktivitas kapur menunjukkan bahwa jenis kapur PAS tergolong kapur yang
reaktivitas tingggi (nilai reaktivitas > 30oC/s), dan kapur Uniserve serta hydrated
lime tergolong kapur yang tidak reaktif (nilai reaktivitas < 10oC/s). Konsumsi kapur
dan pembuatan lime slurry yang optimal adalah pada kondisi air Santong sebesar
75%, persen padatan sebesar 20%, dan suhu awal air sebesar 25oC (pebble lime;
dan hydrated lime sebesar 40oC). Pada kondisi optimal tersebut, nilai konsumsi
kapur Uniserve sebesar 10,76 ton/DMT, konsumsi kapur PAS sebesar 4,77
ton/DMT, dan konsumsi kapur hydrated lime sebesar 3,97 ton/DMT. Apabila
dibandingkan dengan nilai konsumsi kapur semula pada perusahaan dengan kondisi
yang sama, maka nilai konsumsi kapur Uniserve sebesar 12,39 ton/DMT, konsumsi
kapur PAS sebesar 6,48 ton/DMT, dan konsumsi kapur hydrated lime 5,14
ton/DMT.
Perpustakaan Digital ITB