digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Faktor lingkungan seperti penggunaan obat-obatan yang bersifat teratogenik berkontribusi sebesar 16% dalam kasus malformasi kongenital. Efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan, menggiring masyarakat menggunakan tumbuhan herbal dalam mengatasi penyakit yang dialami selama proses kehamilan. Telah banyak tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya adalah bunga rosela (Hibiscus sabdarifa Linn.). Bunga rosela secara tradisional telah banyak digunakan untuk penanganan hipertensi, diuretik, hiperurisemia, hiperlipidemia, dll. Berdasarkan data penelitian sebelumnya, ekstrak bunga rosela 50 mg/kg BB dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah. Namun, keamanannya untuk digunakan pada ibu hamil belum diketahui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek teratogenik ekstrak bunga rosela yang diujikan secara in vivo. Ekstrak bunga rosela yang dibagi menjadi tiga dosis berbeda yaitu 50, 200, dan 1000 mg diberikan secara oral pada hari ke6 sampai hari ke-15 kehamilan. Pada hari ke-19, tikus betina dibedah dan diamati fetusnya. Tidak ditemukan adanya kelainan jumlah kerangka dan organ pada fetus dari kelompok uji dan kelompok kontrol sedangkan pada fetus dari kelompok pembanding metotreksat terdapat kelainan. Pengamatan juga dilakukan pada bobot badan fetus, jumlah fetus, dan jumlah resorpsi pada fetus. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dari ketiga parameter tersebut pada kelompok uji secara statistik (p>0,05). Pemberian ekstrak bunga rosela pada semua dosis uji tidak menunjukkan adanya kelainan pada organ fetus dan tidak menyebabkan kelainan pada rangka sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak bunga rosela tidak teratogenik.