digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Alif Mi'raj Jabbar
PUBLIC Alice Diniarti

Pembangkit listrik surya termal atau pembangkit tenaga konsentrasi surya (CSP) bekerja dengan cara memanfaatkan cahaya matahari yang difokuskan untuk memanaskan fluida kerja dan menghasilkan listrik. Dibutuhkan efisiensi siklus termal yang tinggi agar sinar matahari dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Menggunakan fluida helium sebagai fluida kerja akan memungkinkan penggunaan temperatur maksimum siklus yang tinggi, sehingga menghasilkan efisiensi termal yang tinggi. Siklus kombinasi Brayton regeneratif fluida helium dengan siklus Rankine organik menggunakan fluida ammonia menghasilkan efisiensi termal tertinggi yaitu 45,66%. Penggunaan siklus Rankine organik memungkinkan untuk penambahan penyimpan panas. Pada output siklus Rankine organik sebesar 2 MW selama 16 jam, untuk fluida ammonia membutuhkan penyimpan panas paling sedikit, yaitu 680 ton. Model siklus pembangkit dengan fluida kerja helium yang digunakan telah diverifikasi dengan kesalahan relatif sebesar 5,8×10-4 untuk siklus Brayton sederhana dan 7,48×10-5 untuk siklus Brayton regeneratif. Menggunakan nilai iradiansi matahari sumbu normal (DNI) sebesar 614 W/m2, dengan lokasi di desa Kauniki, kecamatan Takari, Nusa Tenggara Timur, tata letak cermin heliostat untuk daya termal masukan sebesar 28,83 MWt membutuhkan cermin sebanyak 1.014 buah. Efisiensi tahunan cermin heliostat didapatkan berkisar antara 64,3 hingga 76,8%