Bumi mengalami perubahan iklim yang bervariasi dan perubahannya hampir selalu terjadi
pada setiap periode bumi sehingga paleoklimatologi memiliki peran penting untuk
memahami iklim bumi masa lampau. Selain itu, informasi paleoklimat dapat digunakan
sebagai acuan untuk memprediksi iklim bumi masa mendatang karena setiap perubahan
iklim menunjukkan pola perulangan dalam setiap rentang waktu tertentu. Analisis
paleoklimat dan paleo-oseanografi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
sampel inti bor sedimen dengan kode sampel ST 06 pada stasiun EW 17-06 yang secara
geografis terletak pada koordinat 03?18’339’’ LU dan 095?20’932’’ BT. Sampel tersebut
diambil di Perairan Barat Sumatra dari kedalaman 1.144 mdpl oleh tim geologi LIPI pada
Ekspedisi Widya Nusantara tahun 2017. Perairan Barat Sumatra merupakan wilayah yang
dipengaruhi oleh fenomena klimatologi lokal, yaitu IOD (Indian Ocean Dipole). Penelitian
ini bertujuan untuk merekonstruksi dan mengetahui pengaruh IOD pada daerah penelitian.
Analisis paleoklimat dan paleoseanografi dilakukan menggunakan 210 sampel analisis besar
butir, 210 sampel analisis X – Ray Fluorescence (XRF), 52 sampel analisis Loss on Ignition
(LOI) dan 27 sampel analisis kumpulan foraminefera. Analisis besar butir dilakukan untuk
mengetahui parameter statistik besar butir seperti mean, median, sorting, skewness dan
kurtosis. Analisis XRF berguna untuk mengetahui kandungan unsur kimia sebagai proksi
input sedimen dan pelapukan yang dianggap dapat mewakili dominansi IOD+ dan IODpada
daerah penelitian. Analisis LOI dilakukan untuk mengetahui kandungan karbonat dan
karbon organik pada sampel yang dapat menunjukkan suhu dan kelembaban relatif. Analisis
kumpulan foraminifera dilakukan secara kuantitatif untuk mengetahui distribusi
foraminifera dan ekologi foraminifera. Batas umur antara Pleistosen dan Holosen terdapat
pada kedalaman 162 cm dari 1.144 mdpl, yang ditandai dengan First Appearance Datum
(FAD) Bolliela adamsi.
Rekonstruksi paleoklimat dan paleoseanografi pada daerah penelitian menghasilkan 6
periode iklim Holosen yang dikenal dengan HTC (Holocene Tropical Climate), yaitu HTC
6, HTC 5, HTC 4, HTC 3, HTC 2 dan HTC 1. selain itu terekam juga beberapa event iklim
skala global, seperti Younger Dryas, 8.5 ka Event, Medival Warm Period dan Little Ice Age.
Fenomena iklim regional Perairan barat sumatra seperti IOD berperan terhadap fluktuasi
kondisi iklim dan air laut di daerah penelitian. Iklim dingin didominasi oleh intensitas IOD+
yang ditandai dengan penurunan curah hujan sedangkan iklim hangat didominasi oleh
intensitas IOD- yang ditandai dengan peningkatan curah hujan.
Perpustakaan Digital ITB