digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bumi mengalami perubahan iklim yang bervariasi dan perubahannya hampir selalu terjadi pada setiap periode bumi sehingga paleoklimatologi memiliki peran penting untuk memahami iklim bumi masa lampau. Selain itu, informasi paleoklimat dapat digunakan sebagai acuan untuk memprediksi iklim bumi masa mendatang karena setiap perubahan iklim menunjukkan pola perulangan dalam setiap rentang waktu tertentu. Analisis paleoklimat dan paleo-oseanografi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel inti bor sedimen dengan kode sampel ST 06 pada stasiun EW 17-06 yang secara geografis terletak pada koordinat 03?18’339’’ LU dan 095?20’932’’ BT. Sampel tersebut diambil di Perairan Barat Sumatra dari kedalaman 1.144 mdpl oleh tim geologi LIPI pada Ekspedisi Widya Nusantara tahun 2017. Perairan Barat Sumatra merupakan wilayah yang dipengaruhi oleh fenomena klimatologi lokal, yaitu IOD (Indian Ocean Dipole). Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi dan mengetahui pengaruh IOD pada daerah penelitian. Analisis paleoklimat dan paleoseanografi dilakukan menggunakan 210 sampel analisis besar butir, 210 sampel analisis X – Ray Fluorescence (XRF), 52 sampel analisis Loss on Ignition (LOI) dan 27 sampel analisis kumpulan foraminefera. Analisis besar butir dilakukan untuk mengetahui parameter statistik besar butir seperti mean, median, sorting, skewness dan kurtosis. Analisis XRF berguna untuk mengetahui kandungan unsur kimia sebagai proksi input sedimen dan pelapukan yang dianggap dapat mewakili dominansi IOD+ dan IODpada daerah penelitian. Analisis LOI dilakukan untuk mengetahui kandungan karbonat dan karbon organik pada sampel yang dapat menunjukkan suhu dan kelembaban relatif. Analisis kumpulan foraminifera dilakukan secara kuantitatif untuk mengetahui distribusi foraminifera dan ekologi foraminifera. Batas umur antara Pleistosen dan Holosen terdapat pada kedalaman 162 cm dari 1.144 mdpl, yang ditandai dengan First Appearance Datum (FAD) Bolliela adamsi. Rekonstruksi paleoklimat dan paleoseanografi pada daerah penelitian menghasilkan 6 periode iklim Holosen yang dikenal dengan HTC (Holocene Tropical Climate), yaitu HTC 6, HTC 5, HTC 4, HTC 3, HTC 2 dan HTC 1. selain itu terekam juga beberapa event iklim skala global, seperti Younger Dryas, 8.5 ka Event, Medival Warm Period dan Little Ice Age. Fenomena iklim regional Perairan barat sumatra seperti IOD berperan terhadap fluktuasi kondisi iklim dan air laut di daerah penelitian. Iklim dingin didominasi oleh intensitas IOD+ yang ditandai dengan penurunan curah hujan sedangkan iklim hangat didominasi oleh intensitas IOD- yang ditandai dengan peningkatan curah hujan.