digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


2019 TA PP NURUL AGHNI FEBRIANTI 1.pdf)u
Terbatas  Suharsiyah
» Gedung UPT Perpustakaan


Gas-lift adalah metode pengangkatan buatan yang biasa digunakan dalam industri hulu minyak bumi. Pengangkatan buatan tersebut membutuhkan evaluasi dan optimasi secara berkelanjutan untuk mengevaluasi sistem produksi yang ada dan untuk memastikan tercapainya produksi yang optimal. Pada lapangan ”K”, sebuah lapangan minyak darat yang terletak di Provinsi Sumatra Selatan, sumur minyak diproduksikan salah satunya menggunakan gas-lift sebagai pengangkatan buatan karena rendahnya tekanan reservoir dan tingginya water cut. Data yang digunakan dalam studi ini diambil dari data tes empat sumur gas-lift. Optimisasi gas-lift bertujuan untuk mengalokasikan jumlah gas injeksi yang terbatas untuk menghasilkan laju produksi minyak yang maksimal. Optimasi dimulai dengan mengevaluasi kinerja pengangkatan buatan gas-lift yang diwakili oleh kurva kinerjanya (GLPC) sebagai basis metode optimisasi, dimana GLPC akan menggambarkan respon sumur terhadap laju injeksi gas-lift. Alokasi laju injeksi gas-lift kemudian dioptimalkan untuk mendapatkan nilai optimum yang sesungguhnya dengan menggunakan metode Nonlinear Programming (NLP), Simplex Linear Programming (SLP), dan model analitik. Yang kemudian dibandingkan dan dievaluasi hasil dari tiap metode. Hasil metode SLP untuk optimasi gas-lift menunjukkan potensi 49,5% peningkatan dari produksi minyak awal dengan merealokasi laju injeksi gas. Metode NLP menunjukkan hasil 48,5%, potensi peningkatan produksi minyak. Sedangkan dengan menggunakan model analitik menunjukkan hasil lebih tinggi yaitu, 56% peningkatan produksi minyak. Hal ini disebabkan karena data sintetis yang digunakan untuk model analitik berupa polinom kuadratik dimana persamaan polinom kuadratik tidak merepresentasikan keseluruhan data aktual. Berdasarkan paper Ricky dkk. “A ‘SimpleEffective-Efficient’ Analytical Model For Multi-Well Gas Lift Allocation Optimization”, batasan untuk menggunakan model analitik ini yaitu R 2 dari GLPC lebih dari 95%. Sedangkan beberapa sumur memiliki R 2 yang kurang dari 0,95. Untuk ketiga metode di atas merupakan metode tradisional yang tidak mempertimbangkan efek tekanan balik terhadap tekanan wellhead, tekanan pembukaan katup gas-lift dan ketersediaan tekanan operasi pada casing untuk menginjeksikan laju gas-lift pada jumlah tertentu, sehingga hasil optimasi laju injeksi gas yang diperoleh masih dirasa cukup besar dibandingkan produksi awal minyak. Metode NLP merupakan metode terbaik dibandingkan dengan metode SLP dan model analitik untuk mengoptimalkan gas-lift. Hal ini dikarenakan data sintetis yang digunakan dalam optimisasi cukup mendekati data aktual tiap sumur. Sehingga nilai optimum yang didapat lebih tepercaya dibandingkan metode lainnya. Optimasi berbasis jaringan produksi dapat dilakukan agar memperoleh hasil optimasi yang lebih baik karena mempertimbangkan beberapa aspek operasional dalam optimasi dibandingkan dengan metode tradisional.