digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Badriana Nuranita
PUBLIC Irwan Sofiyan

Jembatan merupakan infrastruktur dari jaringan jalan yang mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup. Oleh karena itu, kebutuhan untuk membangun jembatan selalu meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan perkembangan suatu wilayah. Keberadaan jembatan rangka baja sejak dulu dinilai efektif dan popular di Indonesia, termasuk penggunaannya pada jembatan kereta api. Dari berbagai tipe jembatan rangka baja, Warren Truss merupakan jembatan rangka baja yang paling umum dan sering digunakan di Indonesia, seperti pada jembatan Warren Truss tipe WTT (Welded Through Truss) yang tersedia dalam gambar standar untuk desain jembatan kereta api di Indonesia dengan bentang bervariasi. Gambar standar yang ada diperuntukkan untuk lebar jalan rel 1067 mm, sedangkan untuk memenuhi persyaratan pemuatan dan lalu lintas saat ini dan masa depan sesuai standar internasional yang berlaku, Kementerian Perhubungan melakukan upaya updating terhadap peraturan mengenai perencanaan jalur kereta api dalam Draft Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Tahun 2017 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api untuk Kereta Berat (Heavy Train) dengan lebar jalan rel 1435 mm. Penelitian ini menganalisis kinerja struktur atas tipikal jembatan kereta api tipe WTT 42 mm melalui perbandingan kriteria teknis desain yang terdapat pada peraturan sebelumnya, yakni Lampiran Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api, dengan kriteria teknis pada draft peraturan terbaru. Hasilnya dievaluasi dalam nilai rasio tegangan dan defleksi, dengan struktur dan beban yang dimodelkan menjadi : jembatan Model 1 (struktur eksisting dengan peraturan lama), Model 2 (struktur eksisting dengan peraturan baru), dan Model 3 (struktur baru yang direkomendasikan dengan peraturan baru). Hasil analisis menunjukkan bahwa Jembatan KA tipe WTT 42 m mampu mengakomodir persyaratan teknis pada Lampiran Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 2012. Namun, tidak dapat mengakomodir persyaratan teknis sesuai Draft Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Tahun 2017 karena terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai beban-beban dan persyaratan jalan rel yang diberlakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penggantian atau modifikasi struktur baru. Modifikasi pada penelitian ini dilakukan dengan menambah tebal penampang atau dengan mengganti dimensi profil penampang secara utuh pada elemen-elemen kritis seperti gelagar memanjang, gelagar melintang, dan tiang ujung. Hasilnya, terjadi penurunan rasio tegangan pada gelagar melintang sekitar 36.96-44.24% dan pada gelagar memanjang sekitar 46.33-55.31%, setelah dilakukan penggantian dimensi profil. Sedangkan pada rangka ujung, rasio tegangan menurun sekitar 57.47-57.78% dengan menambah ketebalan pelat sayap dan pelat badan saja. Maka, dengan adanya draft peraturan terbaru yang saat ini dalam proses penyempurnaan, keberadaan desain jembatan tipikal WTT yang sudah ada saat ini dirasa tidak lagi efektif. Sehingga diperlukan jembatan WTT tipikal baru dengan penggunaan lebar jalan rel 1435 mm berdasarkan draft peraturan terbaru.