dengan Low Density Agent (LDA) dan Low-Density Downhole Fluid (LDDF) yang biasa digunakan dalam industri
manufaktur sebagai material pengisi yang memiliki nilai densitas sebenarnya yang rendah dalam selang 0.29
hingga 0.63 gr/cc, dan compressive strength yang relatif besar dalam selang 2,000 hingga 18,000 psi (Yami et al.
2015). Secara konvensional, underbalanced drilling dilakukan dengan menggunakan lumpur hasil aerasi (Yami,
2012). Akan tetapi, metode ini membutuhkan biaya yang tinggi terkait penggunaan kompresor dan nitogen sebesar
US$20,000-30,000/hari (Medley et al. 1995). Oleh karenanya, pada akhir 1990-an, Departemen Energi Amerika
Serikat memulai penelitian terkait penggunaan campuran aditif lumpur pemboran dalam bentuk HGS untuk
menghasilkan lumpur pemboran dengan densitas rendah (Medley et al. 1995). Lebih lanjut, senyawa ini dapat
meringankan massa jenis lumpur pemboran hingga 41 pcf (Yami et al. 2015) sehingga dapat menanggulangi
permasalahan loss circulation dari 100 bbl/hr menjadi 6 bbl/hr (Tyagaraju et al. 2009). Menghilangkan
permasalahan differential sticking (Arco et al. 2000) serta mencegah terjadinya kerusakan formasi (Medley et al.
1995). Selain itu, dengan struktur kimia yang sangat stabil, HGS tidak dapat dipecahkan dalam air maupun
minyak. Sebagai tambahan HGS memiliki bentuk bulat sempurna dengan luas permukaan minimum sehingga
dapat meningkatkan aliran lumpur pemboran tanpa efek abrasi atau ball bearing effect. Sebelumnya, telah sukses
dilakukan riset serupa dan terdapat pada laporan Marbun (2012).
Pada paper ini dibahas proses pembuatan Hollow Glass Microsphere dalam skala laboratorium dengan
pengulangan langkah pada riset yang telah dilakukan oleh Marbun (2012). Satu-satunya perbedaan terdapat 2
sampel. Sampel tersebut telah dibuat dan dibandingkan satu dengan yang lainnya untuk beberapa aspek yang
meliputi aspek teknik dan aspek ekonomi. Lebih lanjut HGS dalam riset ini akan dibandingkan dengan beberapa
produk serupa yang diproduksikan oleh perusahaan besar di seluruh dunia.