digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Muhammad Fariz Gumai
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Muhammad Fariz Gumai
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Muhammad Fariz Gumai
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Muhammad Fariz Gumai
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Muhammad Fariz Gumai
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Muhammad Fariz Gumai
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Muhammad Fariz Gumai
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Muhammad Fariz Gumai
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

Pulau Sulawesi berada di pertemuan tiga lempeng besar yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan satu lempeng kecil yaitu Lempeng Filipina. Akibat dari pergerakan lempeng ini, Pulau Sulawesi memiliki tatanan tektonik yang cukup rumit. Sejarah mencatat banyak gempa bumi besar yang pernah terjadi baik di darat maupun di laut yang diantaranya menyebabkan tsunami. Untuk meminimalisir dampak dari gempa bumi tersebut, maka gempa bumi tersebut harus dipelajari. Mempelajari suatu gempa bumi dapat dimulai dengan meneliti gempa bumi yang sudah terjadi sehingga dapat dilihat persebaran gempanya untuk mengetahui daerah potensi gempa selanjutnya. Gempa Poso 2017 merupakan gempa bumi yang memberikan dampak cukup besar di daerah Sulawesi bagian tengah. BMKG mencatat gempa terjadi pada tanggal 29 Mei 2017 pukul 21:35:22 WIB dengan koordinat pusat gempa 1,28 LS dan 120,48 BT, kedalaman 11 km, dan magnitudo 6,6 Mw. Dari 29 Mei – 4 Juni 2017, didapatkan data aftershock gempa sebanyak 293 event dengan magnitudo diatas tiga. Gempa ini diduga terjadi akibat adanya aktivitas Sesar Palolo yang berada dekat dengan Sesar Palu Koro dan Sesar Tokararu. Berdasarkan karakteristik catatan gelombang seismik dan mekanisme sumbernya, tampak bahwa gempa ini murni disebabkan oleh aktivitas tektonik. Penelitian sebelumnya dengan data yang sama, menggunakan data katalog gempa sebagai input data dari penentuan lokasi gempa. Pada penelitian kali ini, proses awal yang dilakukan adalah picking waktu tiba gelombang P dan S. Setelah itu, penentuan hiposenter awal menggunakan metode probabilistic grid searching dengan program NonLinLoc. Selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih presisi, dilakukan relokasi hiposenter gempa dengan metode double difference menggunakan program HypoDD. Langkah terakhir adalah menentukan mekanisme fokus event gempa secara umum untuk mengetahui arah orientasi bidang sesar yang bergeser. Hal ini dapat diketahui dari first motion gelombang gempa. Hasil menunjukkan persebaran aftershock gempa berada disekitar Sesar Palolo dan menunjukkan mekanisme sesar serta arah gawir sesar yang mirip dengan karakteristik Sesar Palolo.