digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2016_TS_PP_MOCHAMAD_RAMDHAN_FIRDAUS_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB

Waduk Saguling sebagai pemasok air PLTA Saguling memiliki peran penting dalam ketahanan energi nasional karena merupakan salah satu pemasok utama distribusi listrik Jawa Bali. Dalam setahun PLTA Saguling didesain mampu memproduksi listrik hingga 2.165 GWH dan menjadi pembangkit listrik terbesar ketiga milik PT. Indonesia Power. Dewasa ini waduk Saguling dihadapkan pada berbagai permasalahan yang mengancam fungsi waduk seperti sedimentasi, stabilitas pasokan air dan produksi listrik. Permasalahan tersebut erat kaitannya dengan perubahan tutupan lahan di daerah tangkapan air (DTA) waduk Saguling itu sendiri. Penelitian ini bertujuan mengkaji hubungan antara perubahan tutupan lahan di daerah tangkapan air dan kondisi waduk Saguling dilihat dari sedimentasi, pasokan air dan produksi listrik. Analisis morfometri DTA waduk Saguling meliputi analisis batas DTA, topografi dan model 3D melalui ekstraksi data Digital Elevation Model (DEM) SRTM V.3. Analisis curah hujan wilayah dilakukan dengan metode rerata aritmatik. Analisis tutupan lahan dilakukan dengan metode klasifikasi terbimbing (supervised classification) menggunakan data citra satelit Landsat TM 5 dan Landsat 8 OLI tahun 1990, 1995, 2000, 2005, 2010 dan 2015. Analisis umur layanan waduk dilakukan dengan menganalisis laju akumulasi sedimen di zona dead storage waduk tahun 1986-2013 dengan menggunakan metode regresi. Analisis keterkaitan antara perubahan luas hutan dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan regresi antara variabel hutan, kebun, sawah, lahan terbangun, rumput semak, curah hujan, sedimentasi, debit air, produksi listrik. Hasil penelitian menunjukan selama rentang tahun 1990 hingga 2015 lahan hutan diketahui sebagian besar beralih fungsi menjadi lahan kebun (37 %) dan tanah terbuka (10,5 %). Lahan kebun sebagian besar beralih fungsi menjadi tanah terbuka (21 %) dan sawah (12 %). Lahan Sawah sebagian besar beralih fungsi menjadi tanah terbuka (21 %) dan lahan terbangun (18 %). Untuk semak belukar sebagian besar beralih fungsi menjadi kebun (39 %) dan tanah terbuka (27 %). Sedimentasi diketahui berkorelasi kuat dengan luas tutupan hutan (r = -0,94), lahan terbangun (r = 0,73) dan tanah terbuka (r = -0,67). Debit air diketahui berkorelasi kuat dengan luas tutupan kebun (r = -0,95) dan curah hujan (r = -0,94). Produksi listrik diketahui berkorelasi kuat dengan tutupan lahan kebun iii (r = -0,95) dan curah hujan (r = -0,92). Model persamaan regresi yang diperoleh adalah Ysedimentasi = 5037000 – 2917 Xhutan + 919 Xkebun (r2 = 0,98); Ydebit air= 0,32 + 0,17 Xkebun (r2 = 0,9); Yproduksi listrik = -60613 + 5091 Xkebun. (r2 = 0,9). Model persamaan laju akumulasi sedimen di area dead storage menghasilkan model persamaan Yakumulasi sedimen = 572322 + 3032658Xumur operasi (r2 = 0,997) dan menunjukan bahwa waduk Saguling mengalami penurunan umur sebanyak 2 tahun dari yang direncanakan.