digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Thomas Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Thomas Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Thomas Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan




BAB 4 Thomas Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Thomas Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Thomas Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

Lapangan Tunu merupakan lapangan gas terbesar di wilayah kerja blok Mahakam, Kalimantan Timur, yang dioperasikan oleh perusahaan internasional Total E&P Indonesie (TEPI) yang bekerja sama dengan perusahaan Jepang INPEX dalam Kontrak Produksi Bagi Hasil (Production Sharing Contract/PSC). Lapangan Tunu ditemukan pada tahun 1977 dan mulai berproduksi pada tahun 1990. Hingga saat ini total produksi gasnya telah mencapai lebih dari 9 Tcf, berasal dari 1000 sumur lebih yang telah dibor. Mayoritas produksi berasal dari Lapisan Zona Utama Tunu (Tunu Main Zone/TMZ) di kedalaman sekitar 2200 – 3500 mSS. Sebagai lapangan yang sudah lama berproduksi, level produksinya mengalami penurunan secara natural. Untuk menjaga dan meningkatkan produksi di Lapangan Tunu, sejak tahun 2006 Lapisan Zona Dangkal Tulu (Tunu Shallow Zone/TSZ), yang pada awalnya dianggap sebagai bahaya pengeboran (drilling hazard), mulai dikembangkan. Setelah melakukan pengembangan Lapisan Zona Dangkal Lapangan Tunu, ditemukan bahwa akumulasi hidrokarbon di Lapangan Tunu bagian utara ternyata tidak sebesar akumulasi hidrokarbon di Lapangan Tunu bagian tengah dan selatan. Korelasi dengan menggunakan konsep stratigrafi sikuen, analisis penyebaran batupasir dan batubara, analisis paleo-environment dari Lapisan Zona Dangkal Lapangan Tunu dilakukan untuk mengetahui proses sedimentasi di Lapisan Zona Dangkal Lapangan Tunu, selain itu analisis terhadap genesa dari hidrokarbon juga dilakukan untuk mengetahui asal dari gas di Lapisan Zona Dangkal Lapangan Tunu, analisis efektivitas dari batuan tudung juga dilakukan dalam penelitian ini. Hasil analisis terhadap korelasi antar sumur dan penyebaran batupasir menunjukkan bahwal Lapisan Zona Dangkal di bagian tengah dan selatan memiliki akumulasi batupasir yang lebih tebal yang juga menunjukkan lebih tebalnya ruang akomodasi pada bagian tengah dan selatan dibandingkan dengan bagian utara. Hal ini juga didukung dengan hasil analisis paleo-environment yang secara umum menunjukan sedimentasi yang lebih aktif pada Tunu bagian tengah dan selatan dibandingkan dengan bagian utara. Serupa dengan penyebaran batupasir, hasil analisis terhadap penyebaran batubara di Lapisan Zona Dangkal Lapangan Tunu menunjukkan bahwa batubara lebih banyak tersebar di bagian tengah dan bagian selatan. Hasil analisis PVT dari 5 sampel gas dari Lapisan Zona Dangkal Lapangan Tunu menunjukkan bahwa gas dari Lapisan Zona Dangkal Tunu ini adalah gas kering dengan proporsi metana (CH4) lebih dari 96%, dan dari data produksi dari 203 sumur juga memastikan hasil analisis PVT yaitu bahwa gas yang diproduksikan dari Lapisan Zona Dangkal Tunu adalah gas kering, hal ini diketahui dari tidak adanya kondensat yang diproduksikan di permukaan. Analisis isotop dilakukan dari 19 sampel gas dari Lapisan Zona Dangkal Lapangan Tunu, berdasarkan hasil isotop, didapatkan hasil bahwa semua sampel gas tersebut merupakan gas biogenik, dan dengan menggunakan diagram Whitticar, diketahui juga bahwa gas metana pada Lapisan Zona Dangkal Lapangan Tunu ini terbentuk oleh proses reduksi CO2. Hasil analisis efektivitas batuan tudung di Lapisan Zona Dangkal Lapangan Tunu menunjukkan bahwa kolom gas yang dapat ditahan oleh batuan tudung pada kedalaman 500 m adalah setinggi 200 m, dan tidak ada perbedaan yang signifikan dari ketiga area di Lapangan Tunu (utara, tengah, dan selatan). Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu gas pada Lapisan Zona Dangkal Lapangan Tunu berasal dari aktivitas bakteri (gas biogenic), batubara merupakan batuan sumber (source rock) untuk Lapisan Zona Dangkal Lapangan Tunu, dan akumulasi gas yang relative rendah di Tunu Utara disebabkan oleh rendahnya kekayaan batubara di Lapangan Tunu Utara.