digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kanker (tumor ganas) merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian tertinggi kedua setelah penyakit jantung. Dewasa ini, pencarian obat antikanker, khususnya yang berasal dari bahan alam (tumbuhan atau organisme laut), berkembang pesat mengingat beberapa obat antikanker telah diketahui jumlahnya terbatas dan memiliki efek samping. Salah satu senyawa alam yang diketahui memiliki potensi sebagai antikanker adalah senyawa biflavonoid atau dimer flavon. Senyawa ini tersusun atas dua unit monomer flavonoid, seperti apigenin atau naringenin, yang bergabung melalui reaksi kopling oksidatif. Reaksi kopling oksidatif ini dapat menghasilkan beberapa jenis kerangka biflavonoid, seperti agathisflavon (A), amentoflavon (B), kupresuflavon (C), robustaflavon (D), dan hinokiflavon (E) yang perbedaannya terletak pada ikatan antara dua monomernya, baik melalui ikatan C-C maupun C-O-C. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa biflavonoid memiliki aktivitas tinggi terhadap beberapa sel kanker, diantaranya sel kanker paru-paru NCI-H460 dan ginjal RXF-393. Selain memiliki aktivitas antikanker, kelompok senyawa ini diketahui pula memiliki berbagai aktivitas lainnya seperti anti-HIV, antimalaria, antidepresi, antiepilepsi, anti-TBC, antiinflamasi, antiherpes, antiinfluenza, inhibitor replikasi virus hepatitis B, dan inhibitor enzim beta sekretase (BACE-1) sebagai anti Alzheimer’s. Salah satu tumbuhan Indonesia yang diketahui memiliki kandungan senyawa biflavonoid yaitu genus Agathis (Araucariaceae). Tumbuhan ini sering dijumpai sebagai pohon tinggi yang tumbuh hijau sepanjang tahun dan tersebar di daerah Australia dan Indomalaya, seperti Indonesia (Kalimantan dan Irian Jaya), Papua Nugini, dan Kaledonia Baru. A. robusta merupakan salah satu dari lima spesies genus Agathis yang tumbuh di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa dan Kalimantan. Tumbuhan ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena kayu dan getahnya dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri, seperti industri kertas dan perabotan rumah tangga. Selain itu, tumbuhan ini juga memiliki fungsi ekologis sebagai paru-paru kota. Akan tetapi, hingga saat ini penelitian mengenai kandungan senyawa metabolit sekunder, khususnya biflavonoid, dari A. robusta Indonesia belum pernah dilaporkan. Selain itu, walau diketahui memiliki aktivitas antikanker, belum ada penelitian yang melaporkan aktivitas antikanker senyawa biflavonoid terhadap proliferasi HUVEC (Human Umbilical Vein Endothelial Cells) dan sel murin leukemia P-388. Oleh karena itu, pada penelitian ini telah dilakukan isolasi biflavonoid dari daun dan ranting A. robusta Indonesia menggunakan metode ekstraksi dan berbagai teknik kromatografi, seperti kromatografi cair vakum, kromatografi radial, serta kromatografi kolom gravitasi silika dan Sephadex LH-20 sebagai fasa diam. Selanjutnya, terhadap ekstrak dan beberapa senyawa yang diperoleh dilakukan uji sifat antiangiogenesis sebagai inhibitor proliferasi HUVEC dan uji sitotoksik terhadap sel murin leukemia P- 388. Empat belas isolat murni yang terdiri dari sembilan senyawa biflavonoid telah berhasil diisolasi dari ekstrak aseton daun dan ranting A. robusta. Sembilan senyawa tersebut telah diidentifikasi strukturnya berdasarkan data spektroskopi yang meliputi IR, UV-Vis, NMR (1H, 13C, NOESY, HSQC, dan HMBC), MS, serta CD Spektra, sebagai 7,7”-di-O-metilagathisflavon (11); 4”’,7,7”-tri-Ometilagathisflavon (12); kayaflavon (13); 4’,4”’,7,7”-tetra-O-metilamentoflavon (14); 7,7”-di-O-metilkupresuflavon (15); 4’,4”’,7,7”-tetra-O-metilkupresuflavon (16); 7”-mono-O-metilrobustaflavon (17); 4’,7”-di-O-metilrobustaflavon (18); dan imbrikataflavon (19). Hasil uji terhadap proliferasi HUVEC terhadap ekstrak aseton daun dan ranting A. robusta menunjukkan aktivitas lemah dengan nilai IC50 berturut-turut yaitu 35,0 dan 29,0 ?g/mL. Selanjutnya, empat senyawa biflavonoid telah diuji aktivitasnya terhadap proliferasi HUVEC dan didapat bahwa senyawa (17) dan (15) bersifat aktif dengan nilai IC50 berturut-turut 2,1 dan 3,3 ?g/mL; senyawa (14) menunjukkan aktivitas lemah dengan IC50 73,0 ?g/mL; serta senyawa (16) tidak aktif terhadap proliferasi HUVEC dengan nilai IC50 > 100,0 ?g/mL. Sementara itu, hasil uji sitotoksik terhadap sel murin leukemia P-388 menunjukkan bahwa ekstrak aseton daun A. robusta bersifat tidak aktif dengan nilai IC50 46,0 ?g/mL. Menariknya, ekstrak aseton ranting bersifat aktif dengan IC50 17,6 ?g/mL. Lima senyawa biflavonoid telah diuji pula aktivitas sitotoksiknya terhadap sel murin leukemia P-388. Senyawa (17) bersifat sangat aktif dengan nilai IC50 < 0,1 ?g/mL. Sementara itu, senyawa (15) menunjukkan aktivitas aktif dengan IC50 1,8 ?g/mL. Tiga senyawa lain yang diuji yaitu senyawa (19), (16), dan (14) bersifat tidak aktif dengan nilai IC50 berturut-turut 44,5; 70,5; dan > 100,0 ?g/mL. Dengan demikian, dapat disarankan bahwa senyawa (15) dan (17) merupakan senyawa yang potensial sebagai senyawa antikanker.