2013_TS_PP_DYAH_UTAMI_CAHYANING_RAHAYU_1-COVER.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2013_TS_PP_DYAH_UTAMI_CAHYANING_RAHAYU_1-BAB_1.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2013_TS_PP_DYAH_UTAMI_CAHYANING_RAHAYU_1-BAB_2.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2013_TS_PP_DYAH_UTAMI_CAHYANING_RAHAYU_1-BAB_3.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2013_TS_PP_DYAH_UTAMI_CAHYANING_RAHAYU_1-BAB_4.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2013_TS_PP_DYAH_UTAMI_CAHYANING_RAHAYU_1-BAB_5.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2013_TS_PP_DYAH_UTAMI_CAHYANING_RAHAYU_1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Alice Diniarti
Kanker (tumor ganas) merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian
tertinggi kedua setelah penyakit jantung. Dewasa ini, pencarian obat antikanker,
khususnya yang berasal dari bahan alam (tumbuhan atau organisme laut),
berkembang pesat mengingat beberapa obat antikanker telah diketahui jumlahnya
terbatas dan memiliki efek samping. Salah satu senyawa alam yang diketahui
memiliki potensi sebagai antikanker adalah senyawa biflavonoid atau dimer
flavon. Senyawa ini tersusun atas dua unit monomer flavonoid, seperti apigenin
atau naringenin, yang bergabung melalui reaksi kopling oksidatif. Reaksi kopling
oksidatif ini dapat menghasilkan beberapa jenis kerangka biflavonoid, seperti
agathisflavon (A), amentoflavon (B), kupresuflavon (C), robustaflavon (D), dan
hinokiflavon (E) yang perbedaannya terletak pada ikatan antara dua monomernya,
baik melalui ikatan C-C maupun C-O-C. Penelitian sebelumnya melaporkan
bahwa biflavonoid memiliki aktivitas tinggi terhadap beberapa sel kanker,
diantaranya sel kanker paru-paru NCI-H460 dan ginjal RXF-393. Selain memiliki
aktivitas antikanker, kelompok senyawa ini diketahui pula memiliki berbagai
aktivitas lainnya seperti anti-HIV, antimalaria, antidepresi, antiepilepsi, anti-TBC,
antiinflamasi, antiherpes, antiinfluenza, inhibitor replikasi virus hepatitis B, dan
inhibitor enzim beta sekretase (BACE-1) sebagai anti Alzheimer’s. Salah satu
tumbuhan Indonesia yang diketahui memiliki kandungan senyawa biflavonoid
yaitu genus Agathis (Araucariaceae). Tumbuhan ini sering dijumpai sebagai
pohon tinggi yang tumbuh hijau sepanjang tahun dan tersebar di daerah Australia
dan Indomalaya, seperti Indonesia (Kalimantan dan Irian Jaya), Papua Nugini,
dan Kaledonia Baru. A. robusta merupakan salah satu dari lima spesies genus
Agathis yang tumbuh di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa dan Kalimantan.
Tumbuhan ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena kayu dan getahnya
dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri, seperti industri kertas dan perabotan
rumah tangga. Selain itu, tumbuhan ini juga memiliki fungsi ekologis sebagai
paru-paru kota. Akan tetapi, hingga saat ini penelitian mengenai kandungan
senyawa metabolit sekunder, khususnya biflavonoid, dari A. robusta Indonesia
belum pernah dilaporkan. Selain itu, walau diketahui memiliki aktivitas antikanker, belum ada penelitian yang melaporkan aktivitas antikanker senyawa
biflavonoid terhadap proliferasi HUVEC (Human Umbilical Vein Endothelial
Cells) dan sel murin leukemia P-388. Oleh karena itu, pada penelitian ini telah
dilakukan isolasi biflavonoid dari daun dan ranting A. robusta Indonesia
menggunakan metode ekstraksi dan berbagai teknik kromatografi, seperti
kromatografi cair vakum, kromatografi radial, serta kromatografi kolom gravitasi
silika dan Sephadex LH-20 sebagai fasa diam. Selanjutnya, terhadap ekstrak dan
beberapa senyawa yang diperoleh dilakukan uji sifat antiangiogenesis sebagai
inhibitor proliferasi HUVEC dan uji sitotoksik terhadap sel murin leukemia P-
388. Empat belas isolat murni yang terdiri dari sembilan senyawa biflavonoid
telah berhasil diisolasi dari ekstrak aseton daun dan ranting A. robusta. Sembilan
senyawa tersebut telah diidentifikasi strukturnya berdasarkan data spektroskopi
yang meliputi IR, UV-Vis, NMR (1H, 13C, NOESY, HSQC, dan HMBC), MS,
serta CD Spektra, sebagai 7,7”-di-O-metilagathisflavon (11); 4”’,7,7”-tri-Ometilagathisflavon
(12); kayaflavon (13); 4’,4”’,7,7”-tetra-O-metilamentoflavon
(14); 7,7”-di-O-metilkupresuflavon (15); 4’,4”’,7,7”-tetra-O-metilkupresuflavon
(16); 7”-mono-O-metilrobustaflavon (17); 4’,7”-di-O-metilrobustaflavon (18);
dan imbrikataflavon (19). Hasil uji terhadap proliferasi HUVEC terhadap ekstrak
aseton daun dan ranting A. robusta menunjukkan aktivitas lemah dengan nilai IC50
berturut-turut yaitu 35,0 dan 29,0 ?g/mL. Selanjutnya, empat senyawa biflavonoid
telah diuji aktivitasnya terhadap proliferasi HUVEC dan didapat bahwa senyawa
(17) dan (15) bersifat aktif dengan nilai IC50 berturut-turut 2,1 dan 3,3 ?g/mL;
senyawa (14) menunjukkan aktivitas lemah dengan IC50 73,0 ?g/mL; serta
senyawa (16) tidak aktif terhadap proliferasi HUVEC dengan nilai IC50 > 100,0
?g/mL. Sementara itu, hasil uji sitotoksik terhadap sel murin leukemia P-388
menunjukkan bahwa ekstrak aseton daun A. robusta bersifat tidak aktif dengan
nilai IC50 46,0 ?g/mL. Menariknya, ekstrak aseton ranting bersifat aktif dengan
IC50 17,6 ?g/mL. Lima senyawa biflavonoid telah diuji pula aktivitas
sitotoksiknya terhadap sel murin leukemia P-388. Senyawa (17) bersifat sangat
aktif dengan nilai IC50 < 0,1 ?g/mL. Sementara itu, senyawa (15) menunjukkan
aktivitas aktif dengan IC50 1,8 ?g/mL. Tiga senyawa lain yang diuji yaitu senyawa
(19), (16), dan (14) bersifat tidak aktif dengan nilai IC50 berturut-turut 44,5; 70,5;
dan > 100,0 ?g/mL. Dengan demikian, dapat disarankan bahwa senyawa (15) dan
(17) merupakan senyawa yang potensial sebagai senyawa antikanker.