2014_TS_PP_TEGAR_NURWAHYU_WIJAYA_1-COVER.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_TEGAR_NURWAHYU_WIJAYA_1-BAB_1.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_TEGAR_NURWAHYU_WIJAYA_1-BAB_2.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_TEGAR_NURWAHYU_WIJAYA_1-BAB_3.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_TEGAR_NURWAHYU_WIJAYA_1-BAB_4.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_TEGAR_NURWAHYU_WIJAYA_1-BAB_5.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_TEGAR_NURWAHYU_WIJAYA_1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Alice Diniarti
Peptida adalah biomolekul yang terdiri dari asam-asam amino yang berikatan
melalui gugus amida. Peptida dan turunannya telah dilaporkan mampu melakukan
penataan mandiri (self assembly) membentuk tabung nano, misel, atau vesikel.
Struktur nano yang dihasilkan dapat dikendalikan oleh kondisi lingkungan seperti
pH dan ion Ca2+. Peptida dan turunannya juga mampu membentuk emulsi dengan
molekul-molekul hidrofobik sehingga berpotensi diaplikasikan dalam enhanced
oil recovery (EOR). Peptida mudah didegradasi oleh tubuh dan tidak beracun
sehingga dapat digunakan sebagai pembawa obat dan sebagai senyawa tambahan
bioaktif dalam industri makanan. Meskipun memiliki potensi yang sangat besar,
kajian teoritis dan komputasi terhadap peptida dan turunannya masih sangat
terbatas. Simulasi dinamika molekul adalah metode yang dapat digunakan untuk
mengkaji dan memprediksi kemampuan peptida melakukan penataan mandiri dan
kemampuan emulsifikasi dalam skala mikroskopis. Oleh karena itu, penelitian ini
berfokus pada prediksi kemampuan emulsifikasi dan penataan mandiri peptida
surfaktan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dua kelompok peptida,
X6D dan X6D2 (X mewakili variasi residu glisin, alanin, valin, leusin, dan
isoleusin) diprediksi kemampuan mengemulsi molekul dekana menggunakan
simulasi dinamika molekul. Setiap jenis variasi residu dikarakterisi berdasarkan
nilai indeks hidropati yang menggambarkan sifat hidrofobik/hidrofilik dari setiap
residu. Simulasi dijalankan menggunakan perangkat lunak GROMACS dengan
fungsi energi potensial MARTINI. Sistem simulasi dikonstruksi sehingga terdiri
dari 100 molekul peptida, 20 molekul dekana, ion penetral, molekul antibeku, dan
air. Simulasi dijalankan pada suhu 298 K pada tekanan 1 atm selama 1 ?s. Hasil
simulasi dianalisis secara visual dan secara kualitatif dengan menganalisis jumlah
kontak yang terbentuk selama simulasi. Validasi metode dilakukan dengan
simulasi peptida A6K dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil
spektroskopi FTIR dan SSNMR yang telah dilaporkan sebelumnya. Simulasi
peptida A6K mereproduksi pembentukan struktur sekunder untai-? yang telah dilaporkan sebelumnya dari hasil spektroskopi FTIR dan SSNMR sehingga
memvalidasi penggunaan metode simulasi dinamika molekul. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa hanya peptida dengan residu yang memiliki indeks hidropati
? 3,8 (valin, leusin, dan isoleusin) mampu membentuk emulsi dengan molekul
dekana. Analisis jumlah kontak molekul dekana dengan peptida menunjukkan
bahwa peptida dengan residu leusin dan isoleusin dapat membentuk emulsi lebih
cepat dengan jumlah kontak (? 45) yang lebih banyak dibandingkan peptida
dengan residu valin (? 30). Hal ini menunjukkan bahwa semakin panjang rantai
samping, semakin banyak kontak yang dapat terbentuk dengan molekul dekana.
Analisis visual menunjukkan bahwa emulsi terbentuk melalui pembentukan miselmisel
kecil yang kemudian bergabung membentuk struktur yang lebih besar.
Jumlah residu aspartat tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan peptida
membentuk emulsi namun berpengaruh pada bentuk emulsi yang terbentuk.
Emulsi yang terbentuk oleh peptida dengan satu residu aspartat berbentuk misel
sedangkan peptida dengan dua residu aspartat berbentuk tabung (kecuali peptida
dengan residu valin tetap berbentuk misel). Meskipun tidak membentuk emulsi,
peptida dengan residu alanin dan glisin mampu membentuk struktur sekunder
untai-?. Peptida dengan residu glisin mampu membentuk struktur yang lebih
teratur. Penambahan residu aspartat merusak keteraturan struktur untai-? yang
terbentuk. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan emulsi peptida sangat
dipengaruhi oleh hidropatisitas residu-residu yang membentuk bagian “ekor” dari
surfaktan. Bagian “kepala” surfaktan berpengaruh dalam penentuan bentuk
geometri emulsi atau penataan mandiri yang terbentuk. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat membantu dalam mendesain peptida untuk diaplikasikan
sebagai molekul pembawa obat atau pengemulsi dalam proses EOR.