digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tari Djawa dan Sunda-Bagian 1
Terbatas Ena Sukmana
» ITB

Tari Djawa dan Sunda-Bagian 2
Terbatas Ena Sukmana
» Gedung UPT Perpustakaan
» SBM
» ITB

Tari Djawa dan Sunda-Bagian 3
Terbatas Ena Sukmana
» Gedung UPT Perpustakaan
» SBM
» ITB

Tari Djawa dan Sunda-Bagian 4
Terbatas Ena Sukmana
» Gedung UPT Perpustakaan
» SBM
» ITB

Setiap bangsa, dari jang biasa dikatakan biadab, sebiadab-biadabnja, hinga jang mengaku dirinja sesopan-sopannja, pasti mempunjai tari. Pada umumnja, semua tari, dari jang sekasar-kasarnja hingga jang sehalus-halusnja, terikat oleh beberapa aturan atau patokan. Jang satu lebih sulit dari jang lain. Aturan dan patokan itu mempunjai arti dan maksud sendiri-sendiri. Djika disimpulkan, maka tari dengan segala patokannja itu, adalah lambang gerak djiwa dari bangsa jang mempunjai tari matjam itu. Tjoba bandingkan: Tari Gatotkatja-gandrung dari orang Djawa dengan Ma-Inang Sumatra dan Tjakalele Ambon. Dari segala gerak-gerik lagak-lagu masing-masing tari, orang kira-kira akan dapat membajangkan “getaran djiwa” Djawa-Sumatra-Ambon itu. (Dalam hal ini diukur dengan takaran irama). Berhubungan dengan itu, sebagai memperkenalkan “getaran-djiwa” penduduk Djawa dan Sunda kepada sesama saudaranja di-Indonesia, maka Departemen P.K.P. mentjoba mengeluarkan buku tipis ini. Mudah-mudahan sesudah terbit buku ini, akan banjak diterima naskah-naskah tentang tari-tarian golongan lain, misalnja tari piring Minangkabau, tari Sadati Atjeh; tari Tjakalele Ambon; tari Djangkir Bali, d.l.l. Perlu diterangkan, bahwa dengan buku ini sadja belum tjukup orang beladjar menari. Untuk beladjar menari kita mesti mempunjai guru dan mesti berpraktek sendiri. Sebab segala-gerak-gerik itu mesti dilihat dan ditiru. Bukankan seluruh tubuh kita terus-menerus bergerak dari mulai mengambil hingga meninggalkan tempat menari? Ini tidak mungkin ditiru dari beberapa gambar dan uraian sadja, walaupun uraian itu disusun dengan kata-kata jang djelas sekalipun. Buku ini hanja sekadar memudahkan peladjaran jang serba sulit itu. Moga-moga buku ini dapat mentjukupi maksudnja. Djakarta, Nopember 1948