Penggunaan nanopartikel besi oksida sebagai agen kontras untuk MRI saat ini cukup menjanjikan. Namun, penggunaan nanopartikel besi oksida sebagai agen
kontras memiliki beberapa efek samping yang serius. Akibatnya produksi
nanopartikel besi oksida yang telah disetujui sebagai agen kontras terpaksa
dihentikan. Untuk mengatasi masalah ini, salah satu alternatif lain yang saat ini
sedang dikembangkan yaitu nanopartikel besi oksida berlapis emas. Nanopartikel
besi oksida berlapis emas diharapkan lebih biokompatibel, lebih mudah
difungsionalisasi, serta memperpanjang masa sirkulasi nanopartikel besi oksida
dalam darah. Dalam penelitian ini telah disintesis nanopartikel besi oksida (Fe3O4)
tanpa dan berlapis emas guna mempelajari biokompatibilitas kedua jenis
nanopartikel tersebut.
Senyawa Fe3O4 tanpa lapisan emas (A) disintesis dengan menggunakan metode
mikroemulsi dan kopresipitasi.Difraktogram sinar-x untuk sampel A
menunjukkan puncak-puncak pada nilai (2?) 30.29o, 35.82o, 43.30o, 53.59o, 57.61o,
dan 62.88o (metode mikroemulsi) serta 30.07o, 35.40o, 42.89o, 53.63o, 56.90o, dan
62.96o (metode kopresipitasi), yang merupakan puncak khas Fe3O4. TMAOH
dengan konsentrasi 25% digunakan untuk menghasilkan sistem dispersi
nanopartikel besi oksida (metode kopresipitasi) yang stabil. Dynamic Light
Scattering (DLS), Transmission Electron Microscope (TEM), dan powder XRD
digunakan untuk menentukan ukuran nanopartikel besi oksida. Ukuran
nanopartikel besi oksida (metode kopresipitasi) dari pengukuran TEM dan
persamaan Scherrer berdasarkan difraktogram sinar-X berturut-turut adalah 10 ± 2
nm dan 10.10 nm. Pengukuran dengan DLS menunjukkan ukuran hidrodinamik
sebesar 52 nm.
Nanopartikel besi oksida berlapis emas (B) juga telah disintesis dengan metode
reduksi menggunakan asam sitrat. Adanya emas pada partikel Fe3O4 tersebut
ditunjukkan dengan perubahan warna larutan menjadi ungu/kemerahan. Selain itu,
keberadaan emas tersebut juga ditunjukkan dengan puncak serapan pada panjang
gelombang 559 nm dalam spektrum UV-Visible. Puncak serapan tersebut
merupakan puncak optis LSPR (Localized Surface Plasmon Resonance). Adanya
emas juga ditunjukkan dengan citra TEM. Dari citra TEM tersebut, ukuran
nanopartikel besi oksida berlapis emas adalah 48± 8 nm.
Serapan nanopartikel besi oksida berlapis emas pada sel kanker serviks HeLa dan
sel kanker payudara MCG-7 telah dipelajari menggunakan metode pelabelan
dengan biru prussia. Hasil uji menunjukkan nanopartikel besi oksida dapat diserap
oleh kedua tipe sel kanker tesebut pada konsentrasi 50 ?g/mL. Toksiksitas
nanopartikel besi oksida tanpa lapisan emas dan dengan lapisan emas relatif
rendah pada konsentrasi 250 ?g/mL untuk kedua tipe sel. Namun, nanopartikel
besi oksida ternyata lebih toksik pada sel MCF-7, yang ditunjukkan dengan lebih
rendahnya persentase hidup sel dibandingkan sel HeLa. Nanopartikel besi oksida
berlapis emas juga menunjukkan toksisitas yang sangat rendah hingga konsentrasi
250 ?g/mL. Pada konsentrasi 500 ?g/mL, nanopartikel besi oksida berlapis emas
menunjukkan toksisitas yang kurang lebih sama dengan nanopartikel besi oksida.
Pada sel MCF-7, nanopartikel besi oksida berlapis emas dengan konsentrasi 500
?g/mL bahkan menunjukkan tingginya persentase hidup sel sebesar kurang lebih
91%. Hasil ini mengindikasikan bahwa nanopartikel besi oksida berlapis emas
sangat mungkin lebih biokompatibel daripada nanopartikel besi oksida.
Penelitian-penelitian mendatang diharapkan dapat lebih mengembangkan
nanopartikel besi oksida berlapis emas.
Perpustakaan Digital ITB