digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penggunaan nanopartikel besi oksida sebagai agen kontras untuk MRI saat ini cukup menjanjikan. Namun, penggunaan nanopartikel besi oksida sebagai agen kontras memiliki beberapa efek samping yang serius. Akibatnya produksi nanopartikel besi oksida yang telah disetujui sebagai agen kontras terpaksa dihentikan. Untuk mengatasi masalah ini, salah satu alternatif lain yang saat ini sedang dikembangkan yaitu nanopartikel besi oksida berlapis emas. Nanopartikel besi oksida berlapis emas diharapkan lebih biokompatibel, lebih mudah difungsionalisasi, serta memperpanjang masa sirkulasi nanopartikel besi oksida dalam darah. Dalam penelitian ini telah disintesis nanopartikel besi oksida (Fe3O4) tanpa dan berlapis emas guna mempelajari biokompatibilitas kedua jenis nanopartikel tersebut. Senyawa Fe3O4 tanpa lapisan emas (A) disintesis dengan menggunakan metode mikroemulsi dan kopresipitasi.Difraktogram sinar-x untuk sampel A menunjukkan puncak-puncak pada nilai (2?) 30.29o, 35.82o, 43.30o, 53.59o, 57.61o, dan 62.88o (metode mikroemulsi) serta 30.07o, 35.40o, 42.89o, 53.63o, 56.90o, dan 62.96o (metode kopresipitasi), yang merupakan puncak khas Fe3O4. TMAOH dengan konsentrasi 25% digunakan untuk menghasilkan sistem dispersi nanopartikel besi oksida (metode kopresipitasi) yang stabil. Dynamic Light Scattering (DLS), Transmission Electron Microscope (TEM), dan powder XRD digunakan untuk menentukan ukuran nanopartikel besi oksida. Ukuran nanopartikel besi oksida (metode kopresipitasi) dari pengukuran TEM dan persamaan Scherrer berdasarkan difraktogram sinar-X berturut-turut adalah 10 ± 2 nm dan 10.10 nm. Pengukuran dengan DLS menunjukkan ukuran hidrodinamik sebesar 52 nm. Nanopartikel besi oksida berlapis emas (B) juga telah disintesis dengan metode reduksi menggunakan asam sitrat. Adanya emas pada partikel Fe3O4 tersebut ditunjukkan dengan perubahan warna larutan menjadi ungu/kemerahan. Selain itu, keberadaan emas tersebut juga ditunjukkan dengan puncak serapan pada panjang gelombang 559 nm dalam spektrum UV-Visible. Puncak serapan tersebut merupakan puncak optis LSPR (Localized Surface Plasmon Resonance). Adanya emas juga ditunjukkan dengan citra TEM. Dari citra TEM tersebut, ukuran nanopartikel besi oksida berlapis emas adalah 48± 8 nm. Serapan nanopartikel besi oksida berlapis emas pada sel kanker serviks HeLa dan sel kanker payudara MCG-7 telah dipelajari menggunakan metode pelabelan dengan biru prussia. Hasil uji menunjukkan nanopartikel besi oksida dapat diserap oleh kedua tipe sel kanker tesebut pada konsentrasi 50 ?g/mL. Toksiksitas nanopartikel besi oksida tanpa lapisan emas dan dengan lapisan emas relatif rendah pada konsentrasi 250 ?g/mL untuk kedua tipe sel. Namun, nanopartikel besi oksida ternyata lebih toksik pada sel MCF-7, yang ditunjukkan dengan lebih rendahnya persentase hidup sel dibandingkan sel HeLa. Nanopartikel besi oksida berlapis emas juga menunjukkan toksisitas yang sangat rendah hingga konsentrasi 250 ?g/mL. Pada konsentrasi 500 ?g/mL, nanopartikel besi oksida berlapis emas menunjukkan toksisitas yang kurang lebih sama dengan nanopartikel besi oksida. Pada sel MCF-7, nanopartikel besi oksida berlapis emas dengan konsentrasi 500 ?g/mL bahkan menunjukkan tingginya persentase hidup sel sebesar kurang lebih 91%. Hasil ini mengindikasikan bahwa nanopartikel besi oksida berlapis emas sangat mungkin lebih biokompatibel daripada nanopartikel besi oksida. Penelitian-penelitian mendatang diharapkan dapat lebih mengembangkan nanopartikel besi oksida berlapis emas.