digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Budidaya tambak udang di Pesisir Selatan Bantul diduga sebagai penyebab degradasi lingkungan dan berkurangnya tanaman asosiasi mangrove karena penebangan untuk konversi lahan menjadi lahan pertambakan. Kegagalan dalam pengelolaan tambak turut memperburuk permasalahan. Adanya tambak juga dianggap menjadi penyebab menurunnya jumlah hasil panen pertanian di sekitar tambak. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perubahan dan penggunaan lahan serta menganalisis kesesuaian lahan untuk tambak udang, pertanian dan tanaman asosiasi mangrove. Identifikasi penggunaan lahan menggunakan software ENVI 5.3 dengan metode Maximum Likelihood Classification dan diperoleh hasil penggunaan lahan 5,06% (55,85 ha) untuk tambak udang dengan kategori tambak kosong sebesar 3,16% (34,88 ha) dan tambak aktif sebesar 1,90% (20,97 ha) dan sebanyak 8,31% (91,93 ha) penggunaan lahan dipergunakan untuk pertanian. Penggunaan lahan tersebut dibuktikan secara groundtruthing menggunakan metode analisis Kappa dan didapat hasil kesepakatan sebesar 0,70 (good) untuk tambak dan 0,60 (moderate) untuk lahan pertanian. Identifikasi perubahan lahan menggunakan Google Timelapse diperoleh hasil perubahan lahan dominan pasir dan tanaman asosiasi mangrove menjadi lahan tambak udang pada tahun 2007 dan secara masif perubahan dimulai dari 2011 hingga 2015. Kesesuaian lahan secara spasial dievaluasi menggunakan ArcGIS 10.5 dengan metode overlay. Evaluasi kesesuaian lahan untuk tambak udang dengan luas 634,82 ha, dan kesesuaian untuk pertanian non padi dengan luas total area 84,32 ha. Sedangkan kesesuaian untuk padi tersebar dengan luas lahan 148,58 ha, dan kesesuaian lahan untuk tanaman asosiasi mangrove dengan luas lahan 616,42 ha. Dari output kesesuaian lahan kemudian dilakukan pengukuran persepsi masyarakat menggunakan skala Likert dan diperoleh hasil 64% (setuju) memanfaatkan lahan sebagai lahan pertambakan, 59% (netral) memanfaatkan lahan sebagai lahan pertanian padi, 77% (setuju) memanfaatkan lahan sebagai lahan untuk pertanian budidaya non padi, dan 59% (netral) menjadikan lahan sebagai kawasan asosiasi mangrove. Sehingga dapat disimpulkan secara spasial dan persentase persepsi masyarakat bahwa lahan pesisir Kabupaten Bantul memang dominan sesuai untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertambakan.