Peningkatan konsumsi minyak dan gas bagi kebutuhan industri dan bahan bakar kendaraan dapat mempengaruhi ketahanan energi Indonesia. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah mengupayakan studi, pengujian lapangan dan pengeboran untuk mengembangkan reservoir hidrokarbon non konvensional seperti reservoir gas metana batu bara. Dengan potensi sumberdaya gas metana batu bara sekitar 450 TCF, Indonesia diperkirakan dapat memperoleh cadangan sebesar 50 TCF. Oleh karena itu, mengembangkan gas metana batu bara dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan produksi gas di Indonesia. Stevens (2004) menunjukkan bahwa cekungan batu bara Indonesia bervariasi mulai dari lapidan batu bara tebal di cekungan Sumatera Selatan dan Sumatera Tengah hingga lapisan batu bara yang lebih tipis di Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Lapisan batu bara Indonesia dianggap kurang prospektif karena merupakan rendahnya kualitas batu bara (coal ranl) dan rendahnya permeabilitas reservoir. Kesuksesan dalam pengaplikasian metode komplesi sumur horizontal di cekungan Qinshui (Cina), cekungan Arkoma dan Appalachian (AS) membuat diperlukan suatu studi dalam pengaplikasian teknologi sumur horizontal untuk pengembangan reservoir-reservoir GMB Indonesia. Simulasi reservoir digunakan dalam penelitian ini untuk membuat beberapa model yang memiliki metode komplesi suur horizontal yang berbeda. Sejumlah parameter antara lain laju produksi gas maksimal, produksi kumulatif gas, waktu untuk mencapai laju produksi maksimal, dan faktor perolehan dari tiap metode akan dibandingkan dan dianalisis, Analisis tersebut akan digunakan untuk menentukan metode komplesi sumur horizontal terbaik bagi model reservoir GMB tersebut.
Perpustakaan Digital ITB