digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Akuakultur merupakan komponen penting bagi sektor perikanan dan kelautan Indonesia terutama terhadap ketahanan pangan. Salah satu masalah pada akuakultur adalah vibriosis. Selama ini penanganan vibriosis dilakukan dengan menggunakan antibiotik, akan tetapi komponen tersebut menyebabkan perkembangan dan penyebaran bakteri patogen yang resisten terhadap antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari agen biokontrol baru dari diatom Chaetoceros muelleri untuk mengontrol vibriosis. Penelitian ini terdiri dari tujuh tahap: (1) kultivasi C. muelleri; (2) ekstraksi C. muelleri dengan pelarut kloroform, heksana, dan metanol; (3) esterifikasi dan transesterifikasi komponen asam lemak; (4) analisis komponen asam lemak dengan GC - FID dan analisis komponen fenolik dengan GC - MS; (5) uji penghambatan aktivitas ekstrak C. muelleri dengan metode difusi agar terhadap Vibrio sp.; (6) penentuan konsentrasi ekstrak C. muelleri pada konsentrasi 5; 10; 15; dan 17,5 mg ml-1; dan (7) uji penurunan intensitas bioluminescence Vibrio sp. dengan metode spektrofotometrik. Ekstraksi dengan kloroform menghasilkan komponen asam lemak dan fenolik tertinggi yaitu dua puluh jenis komponen asam lemak dan tiga jenis komponen fenolik. Ekstrak asam lemak C. muelleri terdiri dari asam lemak jenuh (asam kaprat, asam laurat, asam miristat, asam pentadekanoat, asam oleat, asam heptadekanoat, asam palmitat, asam heptadekanoat, asam stearat, asam arahidat, asam behenat, dan asam lignoserat), asam lemak tidak jenuh (asam miristoleat, asam miristat, asam oleat, asam elaidat, dan cis-11- eikosenoat), dan asam lemak tidak jenuh rantai panjang (asam linoleate, asam linolenat, dan asam dokosoheksanoat). Pada ekstrak fenolik C. muelleri ditemukan asam trans-sinamat, fenol, 2,4-bis(1,1-dimetiletil), dan golongan terpen, yaitu fitol. Ekstrak asam lemak dan fenolik C. muelleri yang diekstraksi dengan kloroform juga menunjukkan aktivitas penghambatan tertinggi terhadap Vibrio sp. dengan luas zona hambat masing-masing 4 mm dan 4,17 mm. Penggunaan ekstrak C. muelleri pada semua konsentrasi mampu menurunkan intensitas bioluminescence Vibrio sp. secara signifikan (7.563 ± 2.336 hingga 5.412 ± 1.586) dibandingkan dengan kontrol (1.9110 ± 1.457) setelah inkubasi selama 8 jam. Maka, dapat disimpulkan ekstrak kloroform C. muelleri memiliki aktivitas penghambatan tertinggi serta mampu menurunkan intensitas bioluminescence Vibrio sp. dan ekstrak pada konsentrasi 10 mg ml–1 dengan waktu inkubasi 10 jam untuk penggunaan yang efektif dan efisien sebagai agen biokontrol baru.