Akuakultur merupakan komponen penting bagi sektor perikanan dan kelautan Indonesia
terutama terhadap ketahanan pangan. Salah satu masalah pada akuakultur adalah vibriosis.
Selama ini penanganan vibriosis dilakukan dengan menggunakan antibiotik, akan tetapi
komponen tersebut menyebabkan perkembangan dan penyebaran bakteri patogen yang
resisten terhadap antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari agen biokontrol baru
dari diatom Chaetoceros muelleri untuk mengontrol vibriosis. Penelitian ini terdiri dari tujuh
tahap: (1) kultivasi C. muelleri; (2) ekstraksi C. muelleri dengan pelarut kloroform, heksana,
dan metanol; (3) esterifikasi dan transesterifikasi komponen asam lemak; (4) analisis
komponen asam lemak dengan GC - FID dan analisis komponen fenolik dengan GC - MS;
(5) uji penghambatan aktivitas ekstrak C. muelleri dengan metode difusi agar terhadap Vibrio
sp.; (6) penentuan konsentrasi ekstrak C. muelleri pada konsentrasi 5; 10; 15; dan 17,5 mg
ml-1; dan (7) uji penurunan intensitas bioluminescence Vibrio sp. dengan metode
spektrofotometrik. Ekstraksi dengan kloroform menghasilkan komponen asam lemak dan
fenolik tertinggi yaitu dua puluh jenis komponen asam lemak dan tiga jenis komponen
fenolik. Ekstrak asam lemak C. muelleri terdiri dari asam lemak jenuh (asam kaprat, asam
laurat, asam miristat, asam pentadekanoat, asam oleat, asam heptadekanoat, asam palmitat,
asam heptadekanoat, asam stearat, asam arahidat, asam behenat, dan asam lignoserat), asam
lemak tidak jenuh (asam miristoleat, asam miristat, asam oleat, asam elaidat, dan cis-11-
eikosenoat), dan asam lemak tidak jenuh rantai panjang (asam linoleate, asam linolenat, dan
asam dokosoheksanoat). Pada ekstrak fenolik C. muelleri ditemukan asam trans-sinamat,
fenol, 2,4-bis(1,1-dimetiletil), dan golongan terpen, yaitu fitol. Ekstrak asam lemak dan
fenolik C. muelleri yang diekstraksi dengan kloroform juga menunjukkan aktivitas
penghambatan tertinggi terhadap Vibrio sp. dengan luas zona hambat masing-masing 4 mm
dan 4,17 mm. Penggunaan ekstrak C. muelleri pada semua konsentrasi mampu menurunkan
intensitas bioluminescence Vibrio sp. secara signifikan (7.563 ± 2.336 hingga 5.412 ± 1.586)
dibandingkan dengan kontrol (1.9110 ± 1.457) setelah inkubasi selama 8 jam. Maka, dapat
disimpulkan ekstrak kloroform C. muelleri memiliki aktivitas penghambatan tertinggi serta
mampu menurunkan intensitas bioluminescence Vibrio sp. dan ekstrak pada konsentrasi 10
mg ml–1 dengan waktu inkubasi 10 jam untuk penggunaan yang efektif dan efisien sebagai
agen biokontrol baru.