digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Jamur endofitik merupakan mikroorganisme yang hidup berkoloni di dalam jaringan tumbuhan tanpa menimbulkan efek negatif terhadap inangnya atau bersifat simbiosis mutualisme. Jamur endofitik dapat berperan sebagai sumber metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologi penting di antaranya antikanker, antijamur dan antibakteri. Jamur endofitik dapat diisolasi dari berbagai jenis tumbuhan baik tumbuhan tingkat tinggi maupun tumbuhan perdu. Physalis peruviana (Solanaceae) merupakan salah satu tumbuhan perdu yang banyak digunakan sebagai obat tradisional. Secara fitokimia tanaman ini menghasilkan senyawa golongan steroid, terpenoid, alkaloid, fenil propanoid dan flavonoid. Kajian mengenai metabolit sekunder jamur endofitik dari P. peruviana belum pernah dilaporkan sebelumnya. Adapun penelitian mengenai jamur endofitik dari genus yang sama telah dilakukan pada spesies P. alkekengi yang menghasilkan jamur endofitik penghasil gibberellin Fusarium proliferatum KGL0401. Dalam penelitian lain, dari bagian daun tumbuhan tersebut telah berhasil diisolasi jamur endofitik Thielavia sp. PA0001 (Chaetomiaceae). Isolasi terhadap jamur tersebut menghasilkan beberapa metabolit sekunder dengan kerangka nor-spiro-azafilon dan bis-spiro-azafilon. Dengan demikian, penelitian tentang isolasi metabolit sekunder jamur endofitik dari genus Physalis penting untuk dikembangkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan isolasi dan karakterisasi metabolit sekunder dari jamur endofitik kelopak buah P. peruviana serta penentuan aktivitas antibakterinya. Tahapan penelitian ini dimulai dengan pemilihan sampel, sterilisasi permukaan untuk membunuh mikroorganisme epifit, inokulasi jaringan pada media padat PDA (Potato Dextrose Agar) dan dilanjutkan dengan subkultur hingga diperoleh isolat tunggal CCK3.2. Berdasarkan hasil identifikasi molekuler, isolat jamur endofitik tersebut adalah spesies Colletotrichum phyllanthi. Proses selanjutnya yaitu pembiakan isolat jamur skala besar dalam media cair PDB (Potato Dextrose Broth) dengan inkubasi pada suhu 28?C selama 14 hari. Jamur endofitik hasil pembiakan dipisahkan antara miselia dan medianya dengan metode filtrasi menggunakan corong Buchner. Terhadap miselia dilakukan ekstraksi padat cair dengan metode maserasi menggunakan metanol. Sedangkan terhadap media cair dilakukan ekstraksi cair-cair menggunakan etil asetat. Ekstrak metanol miselia dan ekstrak etil asetat media difraksinasi dan dimurnikan menggunakan teknik kromatografi yang meliputi kromatografi kolom grafitasi dan kromatografi radial. Struktur metabolit sekunder hasil isolasi ditetapkan berdasarkan data spektroskopi 1H NMR, 13C NMR, HSQC, HMBC, TOCSY1D dan NOESY. Aktivitas antibakteri ditentukan secara in vitro dengan metode mikrodelusi untuk mengetahui konsentrasi hambat minimum (Minimum Inhibitory Concentration - MIC). Berdasarkan metodologi tersebut, dua metabolit sekunder golongan steroid telah berhasil diisolasi dari ekstrak metanol miselia yaitu ergosterol (1) dan ergosterol peroksida (2). Dari ekstrak etil asetat media diperoleh tiga isolat yang diidentifikasi sebagai empat metabolit sekunder yaitu tirosol (3), asam 2,3-dihidroksibenzoat (4), serta campuran nektriapiron (5) dan 2-feniletanol (6). Penambahan elisitor 500 µM asam valproat pada media pembiakan menunjukkan terjadinya perubahan profil KLT pada ekstrak etil asetat media. Isolasi terhadap ekstrak tersebut menghasilkan 2-metilheptan-1,5-diol (7) yang tidak diperoleh sebelumnya dari ekstrak etil asetat media tanpa penambahan elisitor. Penentuan aktivitas antibakteri dilakukan terhadap dua bakteri Gram-(+) yaitu Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus serta dua bakteri Gram-(-) yaitu Citrobacter freundii dan Salmonella enterica. Hasil penentuan aktivitas antibakteri diperoleh nilai MIC >500 µg/mL untuk ekstrak dan MIC >100 µg/mL untuk metabolit sekunder dengan kontrol positif amoksisilin yang memiliki nilai MIC 0,78 – 6,25 µg/mL. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa C. phyllanthi menghasilkan metabolit sekunder yang tidak aktif sebagai antibakteri. Penambahan elisitor asam valproat mempengaruhi pembentukan metabolit sekunder pada C. phyllanthi.