digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bango adalah perusahaan saus kedelai yang berasal dari Indonesia. Bango didirikan pada 1928, dengan visi mereka adalah 'terbang tinggi untuk mencapai internasional'. Bango soy sauce adalah merek kecap nomor satu di Indonesia yang selalu hadir di setiap kuliner Indonesia. Bango memproduksi kacang kedelai yang disebut Mallika, nama mereka sendiri untuk kacang mereka yang diproduksi dan Bango juga berkomitmen untuk melestarikan alam dan menjaga kesejahteraan petani. Sejak awal 2000, Bango bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada untuk memproduksi Mallika. Bango melalui website Program Magang Unilever telah menyebutkan bahwa mereka sedang mencari ide untuk menembus generasi millennial yang mereka klaim berusia antara 21-35 tahun. Masalah ini terkait dengan tujuan pengukuran ekuitas merek Keller (2008) yang mengelola lembur merek. Bango saat ini sedang mengalami masalah untuk menembus millennial. Oleh karena itu, mengukur kecukupan merek kecap manis Bango diperlukan untuk mengidentifikasi perspektif merek kemudian memiliki rekomendasi perbaikan untuk Bango untuk menciptakan strategi merek yang cocok yang cocok ketika menyampaikan pesan merek ke milenium. Membangun merek yang kuat adalah suatu keharusan untuk banyak produk saat ini karena memegang banyak keuntungan (Mohd Yasin, Nasser Noor, & Mohamad, 2007). Audit Merek menggunakan inventaris merek dan eksplorasi merek. Berdasarkan temuan dan analisis dari analisis audit merek melalui dinamika merek dan X-SBM, rekomendasinya adalah untuk mendapatkan kepercayaan dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan respon cepat untuk mendapatkan lebih banyak kepercayaan, dan juga menciptakan iklan yang menunjukkan seberapa dapat dipercaya adalah Unilever dan Bango karena sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan. Juga memaksimalkan penggunaan Media Sosial karena Bango telah membuat beberapa akun media sosial tetapi perusahaan tidak memanfaatkan upaya maksimal untuk mencapai target pasar, sementara berdasarkan temuan oleh Pew Research Center, milenial cenderung menggunakan media sosial . Juga dapat membuat iklan di YouTube dengan iklan yang mudah dimengerti dan bermakna karena milenium juga cenderung menggunakan gadget atau ponsel daripada TV dan juga tidak suka membaca sehingga dengan memberi mereka iklan video akan menarik target pasar.