digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Infrastruktur jalan merupakan prasarana transportasi yang saat ini masih menjadi andalan sebagai penghubung antardaerah di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (2016) saat ini panjang jalan nasional yang dalam kondisi rusak ringan dan rusak berat adalah 5.380 km. Rusak ringan biasanya terjadi hanya pada lapis permukaan sedangkan rusak berat kerusakannya sudah mencapai lapis pondasi sehinga harus dilakukan rekonstruksi. Salah satu cara untuk mencegah rekonstruksi yaitu dengan membuat laston lapis pondasi (AC-Base) yang tahan retak dengan menggunakan aspal modifikasi polimer elastomer dengan kelas kinerja (performance grade) yang lebih tinggi daripada aspal Pen 60/70 agar mempunyai karakteristik kelenturan dan kekakuan campuran yang lebih tinggi sehingga lebih tahan retak tanpa menurunkan modulus kekakuannya. Campuran laston lapis pondasi (AC-Base) direncanakan sesuai dengan spesifikasi umum Direktorat Jenderal Bina Marga edisi 2010 revisi 3 dan akan diuji dengan menggunakan pengujian Marshall, Modulus Resilien dan ketahanan terhadap kelelahan (fatigue) dengan metode four point loading kontrol tegangan. Pengujian DSR dilakukan untuk mengetahui kelas kinerja dari aspal yang digunakan. Kandungan polimer elastomer di dalam aspal modifikasi membuat aspal menjadi lebih keras, lebih tahan terhadap temperatur tinggi, lebih tahan terhadap penuaan, memiliki elastisitas yang lebih tinggi daripada aspal Pen 60/70 dan mempunyai kelas kinerja Setara PG 76 (SPG 76). Dibandingkan dengan campuran dengan aspal Pen 60/70, stabilitas Marshall Perendaman campuran aspal modifikasi SPG 76 lebih tinggi 7,25%, umur kelelahan campuran dengan aspal modifikasi SPG 76 lebih panjang 1,9 kali pada tegangan 1000 kPa dan 24,0 kali pada tegangan 750 kPa, dan nilai Modulus Resilien lebih tinggi 16% pada temperatur 45°C.