digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Lakase merupakan enzim yang dapat digunakan dalam berbagai macam proses di bidang bioteknologi, seperti bioremediasi polutan fenol di lingkungan, dekolorisasi pewarna pada limbah tekstil, serta pemutihan pulp. Hal tersebut disebabkan lakase memiliki spesifitas substrat yang luas, bersifat ramah lingkungan, dan menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron terakhir. Enzim lakase dapat diproduksi oleh jamur pelapuk putih, salah satunya Marasmius sp. dengan memanfaatkan komponen lignin dari lignoselulosa yang terdapat pada limbah pertanian, seperti tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Pemanfaatan TKKS tersebut dapat menekan biaya produksi enzim dan menjawab kebutuhan enzim lakase yang tinggi. Produksi enzim lakase oleh Marasmius sp. dari TKKS dapat dilakukan menggunakan trickle-bed bioreactor dengan memerhatikan laju aerasi yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan aktivitas metabolisme Marasmius sp. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan laju aerasi optimum (1,0; 1,5; dan 2,0 vvm) yang mampu memproduksi enzim lakase dengan aktivitas tertinggi menggunakan trickle-bed bioreactor. Produksi enzim dilakukan menggunakan TKKS dengan ukuran sebesar 1 cm dan kondisi suhu 32ºC selama 14 hari. Selama produksi enzim, medium Kirk (pH awal 4,5) dialirkan secara terus-menerus ke dalam bioreaktor dengan laju alir medium 10 mL/menit dan dilakukan penambahan medium sebanyak 1,5 liter pada hari ke-1 hingga ke-4, hari ke-7, dan hari ke- 10. Pengambilan sampel dilakukan setiap 12 jam untuk mengukur aktivitas enzim lakase, lignin peroksidase (LiP), mangan peroksidase (MnP), dan selulase menggunakan metode spektrofotometri. Selain itu dilakukan pengukuran pH, kadar lignin, dan gula pereduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas lakase tertinggi hingga terendah secara berturut-turut dihasilkan oleh laju aerasi 1,5 vvm (36,66 U/mL pada jam ke-84); 1,0 vvm (80 U/mL pada jam ke-180); dan 2,0 vvm (19,36 U/mL pada jam ke-84). Selain lakase, aktivitas enzim selulase, LiP, dan MnP dapat terdeteksi; namun nilainya lebih rendah dibandingkan aktivitas lakase. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa laju aerasi dapat memengaruhi aktivitas lakase dan laju aerasi 1,5 vvm merupakan laju optimum untuk produksi enzim lakase