digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Truk pengangkut di Grasberg dikenal sebagai kelompok alat berat terpenting yang dimiliki oleh perusahaan untuk mengirimkan bijih dan material sisa baik ke area dump atau pun crusher. Kelompok truk ini terdiri dari tiga jenis utama yaitu Cat 793, Komatsu 930E/E-2 dan Cat 797 yang memiliki kapasitas rata-rata 276 metrik ton. Pekerjaan mereka didukung oleh dua stasiun pengisian bahan bakar utama yaitu stasiun pengisian Megashop dan Surabaya yang lokasinya terpisah. Sejak tahun lalu, kegiatan tambang lebih banyak difokuskan di area Pushback 9N dan 8E dan material sisa lebih sering diarahkan ke area pembuangan sebelah barat, yang letaknya jauh dari fasilitas pendukung di Grasberg, terutama stasiun pengisian bahan bakar. Masalah timbul ketika truk-truk diarahkan untuk mengisi bahan bakar setelah membuang muatan di dump barat. Analisis menunjukkan adanya waktu tunda sebagai penyebab kerugian ini. Waktu tunda ini meningkat selama beberapa bulan terakhir, dan ada beberapa faktor diidentifikasi sebagai penyebab kondisi ini. Jika peningkatan waktu tunda ini dikonversikan ke biaya operasional truk per jam, terjadi penurunan efisiensi pada proses pengangkutan di Grasberg oleh adanya peningkatan biaya unit produksi menjadi sebesar US$ 0.05. Beberapa analisis identifikasi telah dilakukan, seperti pada proses antrian, penentuan lokasi dibandingkan dengan waktu perjalanan dan juga analisis kapasitas fasilitas pengisian bahan bakar hanya untuk mengetahui penyebab utama masalah tersebut. Analisis tersebut kemudian mengarah kepada suatu kesimpulan bahwa lokasi pembuangan material sisa sekarang ini sudah jauh dari fasilitas pengisian bahan bakar yang menyebabkan peningkatan waktu perjalanan ke fasilitas tersebut. Lokasi stasiun pengisian bahan bakar yang sekarang dianggap sudah tidak layak dalam memenuhi kebutuhan produksi jika disesuaikan dengan perencanaan tambang di masa depan. Beberapa pendekatan telah dipertimbangkan seperti analisis antrian di area layanan pengisian bahan bakar, perhitungan dengan metode pusat gravitasi untuk menentukan lokasi fasilitas bahan bakar yang lebih sesuai dengan kebutuhan operasi tambang di masa depan serta analisis dengan pemrograman linear untuk mencari pemecahan masalah terhadap biaya yang paling efisien transportasi truk ke lokasi pengisian bahan bakar. Dari pendekatan-pendekatan tersebut diketahui bahwa hasil analisis yang paling tepat adalah memindahkan fasilitas pengisian bahan bakar di area Surabaya ke lokasi yang lebih dekat dengan area pembuangan material sisa di sebelah barat. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan adanya penghematan biaya sebesar kira-kira US$ 4 juta selama tahun 2012 yang didapatkan dari gabungan biaya operasional variabel dan tetap dari proses pengisian bahan bakar sebagai akibat dari pemindahan fasilitas Surabaya ke tempat yang baru. Investasi modal untuk proyek ini juga telah dihitung dan ditetapkan sebesar US$ 931.000 dengan NPV 9% sebesar US$ 875.184 selama dua tahun pertama pelaksanaan proyek ini. Pada akhir diskusi terdapat beberapa usulan studi tambahan yang dapat diterapkan sebagai bagian dari pencapaian efisiensi produksi tambang di masa depan.