digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pertunjukan teater dan tari telah menjadi kebutuhan masyarakat Bali, untuk mengekspresikan diri mereka kepada para Dewata, kepada sesama manusia, dan kepada alam semesta, sehingga keseimbangan antara ketiganya menjadi sesuatu yang selalu dijaga secara turun-temurun. Gedung Pertunjukan Teater ini adalah salah satu wadah untuk merespon kebutuhan masyarakat Bali dalam apresiasi seni peran dan tari Bali. Bangunan ini ditujukan bagi pertunjukan teater dan tari, baik tradisional, modern, maupun kontemporer. Auditoriumnya dirancang dapat menampung sekitar 500 orang pengunjung. Selain auditorium untuk pertunjukan, fungsi lain yang ada dalam bangunan ini adalah restoran, coffee shop, ruang latihan, retail, dan fungsi publik yang lain. Perancangan akustik dan pencahayaan menjadi signifikan dalam perancangan sebuah auditorium. Selain itu, pertimbangan konteks sekitar juga penting, mengingat lokasi perancangan berada dalam sebuah kawasan yang sudah memiliki infrastruktur yang baik, yaitu Nusa Dua. Peraturan dalam kawasan menjadi hal yang baku untuk dipertimbangkan. Konsep Arsitektur Tradisional Bali adalah konsep yang akan diangkat dalam perancangan desain bangunan secara keseluruhan, sehingga bangunan akan menyatu dengan lingkungan sekitar. Hasil rancangan gedung pertunjukan teater ini akan menerapkan konsep “Dynamic and Entertaining Space” yang berarti bahwa fasilitas ini selain merespon dinamisasi dunia teater, juga dapat menjadi sebuah tempat yang menarik wisatawan baik dalam maupun luar negeri untuk semakin mengapresiasi Bali dan kesenian teater itu sendiri. Karena bagaimanapun teater ini harus memiliki sebuah nilai tambah yang belum dimiliki oleh fasilitas serupa di Pulau Bali. Artinya gedung pertunjukan ini nantinya harus memiliki sebuah inovasi dan kebaruan yang mampu memberikan pandangan lain tentang teater di Bali. Inovasi yang dimaksud adalah penggabungan antara kegiatan teater dengan kegiatan makan dalam satu wadah khusus, yaitu auditorium utamanya. Di sinilah, studi tentang teater akan banyak memperoleh tantangan ketika disilangkan dengan gastronomi yang notabene menuntut banyak persyaratan dalam perancangannya. Sementara façade bangunannya menampilkan sebuah bentukan relief yang sureal, mempertanyakan kembali eksistensi relief dan pahatan dalam arsitektur tradisional Bali. Dengan keberadaan aspek surealisme ini, maka desain gedung teater akan memberikan kesan yang berbeda dengan konteks sekitar, sekalipun sama-sama menggunakan konsep arsitektur tradisional Bali.