Pemahaman fenomena magmatik dan pemantauan Gunungapi
Merapi tidak dapat terlepas dari studi deformasi. Studi deformasi ini tidak
dapat diselenggarakan oleh satu disiplin ilmu, melainkan harus secara
multidisipliner. Geodesi merupakan disiplin ilmu yang berperan mengkaji
deformasi dari aspek geometrik, yaitu menentukan besar dan pola vektor
pergeseran dan parameter-parameter deformasi. Salah satu metode
geodetik yang mulai dikembangkan dalam studi deformasi di Gunungapi
Merapi adalah GPS.
Analisis deformasi Gunungapi Merapi dengan GPS
direalisasikan dengan melakukan survai GPS. Survai GPS tersebut
dilakukan dengan membuat kerangka dasar deformasi (faring GPS) yang
titik-titiknya tersebar di tubuh Gunungapi Merapi. Berdasarkan koordinat
titik-titik kerangka dasar deformasi yang diperoleh dari hasil survai GPS,
maka dapat dihitu,b besar dan pola vektor pergeseran. Vektor pergeseran
ini selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam menyusun model analisis
deformasi untuk menentukan parameter-parameter deformasi Gunungapi
Merapi.
Dari hasil hitungan dapat disimpulkan Eahwa (1) receiver satu
frekuensi dapat digunakan dalam analisis deformasi Gunungapi Merapi,
(2) selama interval waktu antara November 1996-Maret 1998, Gunungapi
Merapi mengalami deformasi. Adanya deformasi ini dibuktikan dari
aspek geometrik dan fisis. Dari aspek geometrik terlihat nilai vektor
pergeseran, parameter-parameter deformasi dan principal strain
memberikan nilai yang cukup signifikan, sedangkan dari aspek fisis
dibuktikan dengan adanya pertumbuhan kubah lava dan terjadinya letusan
pada tanggal 17 Januari 1997 dan Juli 1998, (3) karakteristik deformasi
secara geometrik dapat digunakan untuk menduga aktivitas Gunungapi
Merapi secara fisis, (4) studi deformasi Gunungapi Merapi dapat dihitung
dengan menggunakan model analisis translasi, regangan dan rotasi
maupun dengan model regangan dan rotasi. Dalam kasus ini model
regangan dan rotasi cenderung lebih sesuai jika dikaitkan dengan
informasi geologi dan geofisik
Perpustakaan Digital ITB