digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Fly ash merupakan limbah dari pembakaran batu bara dan jumlah yang dihasilkan terus meningkat mencapai 55000 ton per tahun. Dengan banyaknya jumlah limbah fly ash ini akan menjadi masalah terhadap lingkungan maka perlu dicari pemanfaatannya sehingga menjadi produk yang lebih berguna. Secara umum berbagai jenis fly ash telah dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuat bata (FlashBrick) dan semen. Saat ini keperluan masyarakat terhadap bahan bangunan seperti bata dan semen sangatlah tinggi, sehingga penelitian mengenai pemanfaatan fly ash masih perlu ditingkatkan pemahamannya dari sisi keteknikannya. Pada penelitian ini fly ash dan clay diperoleh dari Balai Besar Bahan dan Penelitian Keramik, Bandung dan menurut pustaka bahan tersebut termasuk tipe C2f. Untuk mengetahui pemanfaatan fly ash jenis tersebut sebagai bata pengamatan dilakukan terhadap 2 macam komposisi yaitu 100w/o fly ash (FA) dan 90w/o fly ash + 10w/oclay (FA1). Pembentukan sampel bata dilakukan melalui proses dry pressing, dibakar sampai suhu 970 oC selama 15,5 jam dan setelah itu dilakukan uji tekan. Suhu 970 oC dipilih berdasarkan pengujian sebelumnya menggunakan ”heating microscope” dimana softening terjadi pada 975 oC. Kekuatan tekan yang dihasilkan untuk sampel FA dan FA1 berturut turut adalah 8,79 ± 0,41 MPa, dan 9,32 ± 0,19 Mpa. Menurut penelitian sebelumnya kekuatan yang diperoleh untuk bata bakar yang menggunakan fly ash (tipe F) saja adalah 271,96 52,50 Mpa. Kemudian untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatannya sebagai semen dilakukan melalui perhitungan menggunakan persamaan Bogue untuk meramalkan fasa-fasa yang terdapat pada semen Portland. Dari perhitungan tersebut ternyata semen yang dihasilkan tidak memenuhi standard ASTM C150 dilihat dari kandungan maksimum C3A yang diperbolehkan yaitu 15%, sedangkan C3A yang diperoleh menggunakan fly ash tipe C2f ini adalah 27,48%. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan fly ash tipe C2f untuk digunakan sebagai bahan untuk membuat bata maupun semen tidak feasible sehingga penelitian lebih lanjut harus dilakukan lagi untuk memperoleh pemahaman untuk memanfaatkan dari bahan limbah ini.