Upaya untuk menanggapi persoalan kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan, pemerintah mengadakan kebijakan perumahan. Kebijakan ini dilaksanakan dalam bentuk program pemilikan rumah dengan harga murah yang dikenal sebagai rumah sederhana (RS) dan rumah sangat sederhana (RSS). RS dan RSS ditawarkan kepada masyarakat berpenghasilan rendah dengan suku bunga rendah dan cicilan jangka panjang.Program tersebut telah dilaksanakan sejak Pelita II sampai pertengahan Pelita VI, ternyata belum berhasil mengendalikan ketidakseimbangan perkembangan antara permintaan dan pemenuhannya. Laju pertumbuhan permintaan tampak selalu jauh lebih tinggi dari laju pemenuhannya dan perbedaan ini makin melebar setiap tahun.Perbedaan itu bukan saja disebabkan terbatasnya jumlah rurnah yang disediakan, tetapi juga sangat kecilnya pengeluaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan perumahan. Pengeluaran ini makin kecil akibat naiknya harga konsumsi khususnya makanan dan makin kecilnya porsi penghasilan yang diterima masyarakat berpenghasilan rendah.Meskipun pemerintah telah memberikan subsidi, namun masyarakat berpenghasilan rendah tetap tidak dapat menjaitgkau rumah yang disediakan. Ini berarti, upaya yang dilakukan pemerintah telah tidak mencapai sasaran dan dana yang dikeluarkan sangat besar. Oleh sebab itu, kebijakan penyediaan perumahan melalui program pemilikan rumah sangat sederhana dan sederhana dalam pemenuhan kebutuhan perumahan masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan harus dikaji kembali dan dengan demikian diperlukan pemahaman yang lebih baik terhadap permasalahan yang terjadi.Suatu analisis telah dilakukan untuk mengenali struktur permasalahan yang dikemukakan terdahulu, yang pada pokoknya mengungkapkan bahwa:(1)dari segi jumlah rumah yang dapat dibangun, teramati bahwa laju perkembangannya selalu tertinggal dari laju permintaan,(2)tingkat harga rumah yang dapat dibangun di atas daya jangkau kemampuan masyarakat berpenghasilan rendah yang menjadi sasaran dari kebijaksanaan dan program yang digariskan pemerintah, dan kesenjangan antara tingkat harga dan daya beli cenderung melebar,(3)karena keterbatasan lahan di perkotaan, teramati kecenderungan bahwa lokasi pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah makin menjauh dari pusat-pusat kegiatan, hal ini menyebabkan tingkat daya bell masyarakat berpenghasilan rendah makin menurun, karena pengeluaran untuk transport ke tempat kerja makin membesar,(4)masyarakat berpenghasilan rendah tidak mampu mengembangkan dan mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan pendapatannya, walapun teramati bahwa terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi; hal ini menunjukkan bahwa mekanisme pemerataan tidak dapat berjalan dengan baik.
Perpustakaan Digital ITB