digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pemahaman konsep vektor merupakan landasan penting dalam pembelajaran fisika fase F, khususnya dalam topik kompleks seperti mekanika (perpindahan, komponen gaya, momen gaya), usaha, fluks medan listrik, serta gaya Lorentz. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen Five-Tier test yang mencakup: jawaban konsep, tingkat keyakinan terhadap jawaban, alasan konseptual, keyakinan terhadap alasan, dan sumber jawaban. Instrumen ini dikembangkan untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman peserta didik dalam konsep vektor dan penerapannya pada materi fisika fase F. Instrumen diujikan kepada 317 peserta didik kelas XII dari sepuluh SMA Negeri di Kota Tasikmalaya. Pada studi ini, validasi instrumen oleh dua praktisi dengan disertai respon uji keterbacaan oleh 22 peserta didik dan dilakukan uji reliabilitas instrumen dengan model Rasch. Hasil validasi menunjukkan nilai instrumen valid dengan nilai Aikens’ V ? 0,70 untuk hampir seluruh aspek penilaian sedangkan uji reliabilitas dengan model Rasch menunjukkan nilai 0,85 untuk Person Reliability dan 0,98 untuk Cronbach’s Alpha. Hasil menunjukkan bahwa Pemahaman Ilmiah untuk sebagian peserta didik pada definisi vektor secara grafis sebanyak 32,18% dan pada operasi penjumlahan dua vektor 2D sebanyak 29,02%, serta pada penerapan penjumlahan vektor 2D untuk menunjukkan perpindahan sebanyak 15,14%. Miskonsepsi terjadi pada konsep penjumlahan dua vektor secara analitik yang diterapkan pada penentuan perpindahan posisi dalam materi mekanika. Sebagian besar peserta didik ditemukan Tidak Paham Konsep hampir dalam semua materi konsep vektor (22,40% hingga 72,24%) dengan hubungan kategori pemahaman yang sama antara konsep vektor dan penerapannya. Peserta didik lebih banyak memilih Logika Sendiri sebagai sumber jawaban (41,03%) sedangkan yang merujuk kepada buku (4,69%) dan pembelajaran kelas (20,06%). Terdapat korelasi bahwa Pemahaman Ilmiah peserta didik bersumber dari pembelajaran kelas (45,05%), Miskonsepsi dan Tidak paham berasal dari logika sendiri (42,97%) dan menebak (25,20%). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bernalar dan refleksi konseptual peserta didik masih perlu ditingkatkan agar siap menghadapi tuntutan pembelajaran di pendidikan tinggi. Instrumen ini efektif dalam memetakan tingkat kesiapan konseptual peserta didik dan dapat dijadikan alat evaluasi formatif untuk mendukung perbaikan pembelajaran fisika tingkat lanjut.