PeLUIt adalah jenis Small Modular Reactor (SMR) yang dikembangkan oleh
Indonesia melalui Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN). PeLUIt menggunakan
desain High Temperature Reactor (HTR) dengan tipe bahan bakar pebble-bed dan
daya 10 MW yang mengacu pada desain reaktor HTR-10 yang dikembangkan di
China. Pengembangan PeLUIt ini bertujuan untuk mendukung kebutuhan energi
nasional dengan memastikan bahwa aspek keamanan, efisiensi operasional, dan
ekonomi reaktor dapat dioptimalkan. Salah satu tantangan utama dalam
pengembangan PeLUIt adalah kompleksitas geometri yang terlibat dalam
pemodelan reaktornya. Pemodelan simulasi PeLUIt membutuhkan pendefinisian
ribuan partikel TRISO yang terdistribusi secara acak dan selanjutnya digandakan
ke dalam puluhan ribu elemen bahan bakar pebble. Metode Monte Carlo berbasis
constructive solid geometry (CSG) yang juga digunakan oleh OpenMC telah
terbukti mampu memodelkan kompleksitas ini dengan cukup baik. Namun, sifat
dasar metode Monte Carlo, yang memerlukan banyak sampel acak untuk
menghasilkan hasil yang akurat, memberikan beban komputasi yang berat dan
memakan waktu perhitungan yang panjang. Penyebab masalah tersebut didominasi
oleh banyaknya bidang geometri dan cell identik yang terdefinisi saling independen
sehingga banyak sekali proses yang harus dihitung secara independen. Pada aspek
bahan bakar reaktor PeLUIt sendiri, terdapat pula masalah yang berkaitan dengan
penggunaan High-Assay Low-Enriched Uranium (HaLEU) dengan nilai
enrichment yang cukup besar sebesar 17% dan dinilai kurang eonomis. Rencana
terbaru dari desain bahan bakar PeLUIt memperkecil enrichment dengan
kompensasi menambah jumlah HM/pebble. Solusi tersebut pada dasarnya memiliki
masalah dalam aspek moderasi neutron, dan berpotensi meningkatkan produksi
limbah plutonium yang bersifat radiotoksik, sehingga dapat bermasalah dengan
aspek terkait proliferasi nuklir. Dalam upaya mengatasi kedua permasalahan
tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menyederhanakan pemodelan acak menjadi
pemodelan yang lebih teratur dengan memanfaatkan konfigurasi lattice hexagonal
dan rectangular. Simplifikasi ini bertujuan untuk mempercepat proses komputasi
tanpa mengorbankan akurasi dan presisi hasil perhitungan. Selain itu, penelitian ini
juga berfokus pada evaluasi performa bahan bakar pebble-bed yang telah
ditambahkan (Th,233U)O2 untuk mengatasi permasalahan penggunaan HaLEU dan
produksi plutonium.