digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tipologi hunian yang sesuai dengan masalah perkotaan saat ini adalah rumah susun yang mampu mengakomodasi kepadatan penghuni yang tinggi. Hal ini disebabkan semakin langka dan mahalnya harga tanah di perkotaan. Sedangkan sistem hunian yang paling sesuai bagi buruh adalah hunian sewa. Hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi buruh yang rendah dan mobilitas yang tinggi. Dalam kasus ini penghuni yang diakomodasi adalah buruh pada level terbawah dalam organisasi kerja pabrik yang mayoritas merupakan lajang perempuan dan lakilaki (70% : 30%). Oleh karena itu perancanagn unit hunian mendekati sistem berhuni dalam asrama. Namun hunian ini juga mengakomodasi keluarga muda dengan bentuk yang lebih privat.Pada umumnya buruh berasal dari desa sekitar. Hal ini secara tidak langsung menimbulkan konflik dengan budaya kehidupan perkotaan dan pola pekerjaan industri yang menuntut kedisiplinan yang tinggi. Sehingga rancangan hunian ini diharapkan dapat mengarahkan penghuni (buruh) pada kehidupan yang teratur, moderen tanpa meninggalkan nilai-nilai gotong royong yang terbentuk sebelumnya (pedesaan). Dalam pandangan penulis masyarakat moderen adalah masyarakat yang memperhatikan lingkungan alamnya. Oleh karena itu rancangan hunian ini memperhatikan sumber energi dan mendayagunakan limbah yang dihasilkan.Dilihat dari kondisi sosial ekonomi buruh sebagai pendatang berpendapatan rendah.Sehingga lingkungan hunian ini dilengkapi fasilitas ekonomi dan sosial yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan dan wadah interaksi bagi penghuni. Kedua fasilitas tersebut merupakan fungsi publik sehingga perletakkannya harus mudah diakses dan dapat dijadikan sebagai pusat komunitas bagi lingkungan sekitar dalam upaya menjembatani perbedaan sosial yang ada pada masyarakat eksisting. Pada hakikatnya rumah susun bersifat massal oleh karena itu dalam perancangannya menggunakan bentuk yang bermodul dan berulang sehingga memudahkan sistem membangun.Namun modul tersebut disusun dengan irama tertentu sehingga dapat mengeliminasi karakter modular yang homogen dan monoton. Hal lain yang perlu adalah mengatasi disorientasi, overcrowded dan peng-identitas-an penghuni yang kerap terjadi pada hunian massal yaitu dengan pengelompokkan fungsi yang jelas dan sederhana. Adapun massa bangunan menggunakan bentuk klaster.