digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Vinca Amalia Rizkiafama
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2021 mendefinisikan wilayah urban heat island (UHI) sebagai kawasan rentan perubahan iklim. UHI merupakan fenomena suhu udara dan permukaan di wilayah perkotaan lebih tinggi dari wilayah sekitarnya. Data satelit menjadi solusi dari keterbatasan ketersediaan data pengamatan dalam kuantifikasi UHI. Informasi land surface temperature (LST) dari satelit dapat memberikan pola spasial dan variasi UHI secara eksplisit. Himawari-8/Advanced Himawari Imager (AHI), satelit geostasioner versi baru dengan resolusi spasial dan temporal yang tinggi, memiliki tiga kanal thermal infrared (TIR) dengan absorption band 10 – 13 µm yang cocok untuk estimasi LST. Radiative transfer equation (RTE) merupakan algoritma pertama yang dikembangkan untuk estimasi LST menggunakan metode single-channel. Metode multi-channel memanfaatkan dua atau lebih kanal TIR untuk estimasi LST. Pengembangannya menjadi algoritma non-linear split-window (NSW) yang menggunakan dua kanal dan algoritma non-linear three-bands (NTB) dengan ketiga kanal TIR. Setiap algoritma akan menghasilkan ketidakpastian yang disebabkan oleh performa sensor satelit, parameterisasi komponen atmosfer, dan emisivitas. Verifikasi dilakukan berdasarkan pengukuran data suhu tanah gundul dan berumput serta evaluasi berdasarkan data suhu udara. Penelitian ini melakukan perbandingan ketidakpastian estimasi LST metode single-channel dengan RTE serta multi-channel dengan algoritma NSW dan NTB untuk mengetahui metode estimasi LST terbaik dalam menangkap fenomena UHI. Hasil menunjukkan algoritma RTE dengan penggunaan satu kanal memiliki eror terendah dengan puncak distribusi mendekati nilai nol terhadap suhu tanah gundul dan berumput. Eror estimasi LST NSW dengan penggunaan dua kanal mendekati eror LST RTE namun dengan variasi yang lebih besar, sedangkan estimasi LST NTB dengan penggunaan tiga kanal memiliki eror tertinggi. Eror LST ketiga metode terhadap suhu tanah berumput lebih rendah dengan variasi lebih rendah daripada tanah gundul. Hal tersebut disebabkan oleh vegetasi yang dapat menurunkan nilai LST. Evaluasi berdasarkan suhu udara menunjukkan estimasi LST NSW lebih berkaitan dengan perubahan suhu udara diurnal, dengan pola peningkatan (penurunan) LST lebih cepat dibandingkan suhu udara. Selisih estimasi LST terhadap suhu udara (LST-Ta) metode NSW terendah menunjukkan presisi eror terendah daripada metode RTE dan NTB. Estimasi LST metode RTE memiliki eror terendah berdasarkan verifikasi suhu tanah, disusul metode NSW yang juga memiliki eror terendah berdasarkan evaluasi suhu udara, sedangkan metode NTB memiliki eror tertinggi berdasarkan verifikasi suhu tanah dan suhu udara. Wilayah perkotaan di Jawa selain Jakarta yaitu Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya tidak menunjukkan perbedaan LST yang signifikan antara wilayah pusat kota dan daerah sekitarnya. Sementara wilayah Jakarta menunjukkan adanya fenomena UHI yang ditandai dengan suhu udara paling tinggi terlihat di pusat kota, yaitu Kemayoran, Jakarta Pusat dan Tanjung Priok, Jakarta Utara mencapai 33°C. Menjauhi pusat kota nilai suhu udara menurun hingga 27°C di Curug, Tangerang dan 23 – 26°C di Darmaga dan Citeko, Bogor. Hal serupa terjadi pada estimasi LST metode NSW dimana nilai LST tertinggi di pusat kota, Tanjung Priok, Jakarta Utara mencapai 31°C dan menurun menjauhi pusat kota hingga 19 – 25°C. Namun, perbedaan LST yang kontras tersebut tidak terlihat jelas pada estimasi LST RTE dimana hanya terdapat selisih 1 – 3°C dari pusat kota terhadap wilayah sekitarnya. Kuantifikasi UHI estimasi LST metode NSW lebih representatif dibandingkan metode RTE.