digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Nabila Putri Azaria Tsany
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER Nabila Putri Azaria Tsany
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Nabila Putri Azaria Tsany
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Nabila Putri Azaria Tsany
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Nabila Putri Azaria Tsany
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Nabila Putri Azaria Tsany
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Nabila Putri Azaria Tsany
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Nabila Putri Azaria Tsany
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Nabila Putri Azaria Tsany
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Nabila Putri Azaria Tsany
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

Pembangunan Stasiun Kota sebagai bagian dari proyek MRT Jakarta dirancang berupa struktur bawah tanah untuk mengatasi keterbatasan lahan di kawasan dengan kepadatan infrastruktur tinggi. Dinding diafragma digunakan sebagai elemen penahan tekanan tanah dan air tanah, serta memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas dan mengendalikan deformasi serta penurunan tanah selama proses konstruksi. Penurunan tanah khususnya diamati pada bangunan eksisting yang berjarak sekitar 4–4,5 meter dari tepi galian. Salah satu tantangan utama dalam desain geoteknik adalah adanya ketidakpastian parameter tanah. Untuk mengatasi tantangan tersebut sekaligus menjaga keseimbangan antara faktor keamanan dan efisiensi biaya, analisis dilakukan dengan mempertimbangkan tiga kondisi parameter tanah, yaitu lower bound, best estimate, dan upper bound. Metode konstruksi yang diterapkan adalah metode top-down, menggunakan strut sebagai elemen perkuatan yang sekaligus berfungsi sebagai lantai stasiun. Analisis stabilitas dan deformasi dilakukan dengan pendekatan pemodelan numerik menggunakan perangkat lunak Plaxis 2D, dengan spesifikasi panjang dinding 39,81 meter, tebal 1,2 meter, kedalaman galian 23,45 meter, dan lebar galian 20,3 meter. Hasil analisis pemodelan menunjukkan bahwa skenario lower bound menghasilkan desain yang tidak memenuhi standar. Hal ini ditunjukkan oleh stabilitas basal heave (SF = 1,17) yang tidak mencapai batas aman, serta prediksi deformasi lateral (±131 mm) yang melampaui batas izin. Sebaliknya, kondisi Best Estimate berhasil memenuhi seluruh kriteria stabilitas (SF > 1,5) dan deformasi (±69 mm), sekaligus menawarkan efisiensi material yang signifikan. Adapun skenario Upper Bound juga memenuhi kriteria keamanan, tetapi cenderung menghasilkan estimasi yang kurang konservatif (underestimate). Dengan demikian, pendekatan Best Estimate direkomendasikan sebagai pilihan desain yang paling seimbang antara keamanan dan efisiensi. Namun, direkomendasikan agar penerapannya di lapangan harus didukung oleh program monitoring instrumentasi yang komprehensif sebagai langkah mitigasi.