digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dalam pemodelan simulasi reservoir, penentuan saturasi air (Sw) adalah langkah krusial karena secara langsung mempengaruhi perhitungan cadangan hidrokarbon yang ada di dalam reservoir. Untuk memodelkan saturasi air (Sw), data Special Core Analysis (SCAL), khususnya data tekanan kapiler (Pc) digunakan karena mencerminkan hubungan antara keterbasahan dan distribusi ukuran pori pada batuan reservoir. Namun, sering kali ditemukan masalah ketika membangun kurva Pc-Sw, terutama pada titik irreducible water saturation (Swirr) yang tidak membentuk kurva asimtot. Hal ini dapat menyebabkan singularitas atau nilai tak hingga jika kurva diperpanjang yang mengarah pada waktu simulasi yang lebih lama dan meningkatkan kompleksitas model simulasi reservoir. Studi ini mengusulkan penerapan model Lomeland-Ebeltoft-Thomas (LET) untuk memodifikasi kurva Pc-Sw agar menjadi lebih asimtot, khususnya pada rock type 1 yang memiliki distribusi hidrokarbon yang kurang jelas. Metode LET berhasil menghasilkan kurva tekanan kapiler yang lebih fleksibel, sehingga memungkinkan visualisasi yang lebih baik dari tinggi kolom hidrokarbon. Dengan menggunakan model LET, nilai Swirr menjadi lebih konsisten pada tekanan kapiler maksimum, yang berkontribusi pada akurasi estimasi saturasi air yang lebih tinggi. Perbandingan antara model saturasi air yang dihitung dengan menggunakan metode LET dan data Swirr SCAL (average) menunjukkan hasil yang lebih akurat dengan nilai mean absolute percentage error (MAPE) sebesar 3,21%, dibandingkan dengan 27,91% pada data swirr petrophysics. Selain itu, model LET memberikan pengaruh yang lebih besar pada batuan dengan kualitas rendah yang tercermin dari perubahan kurva tekanan kapiler yang lebih asimtot pada rocktype. Persentase galat pada zona minyak yang lebih kecil (-6,91%) dibandingkan zona transisi (5,02%) menunjukkan bahwa model LET lebih efektif dalam memodelkan saturasi air pada zona hidrokarbon.