Energi bersih menjadi kebutuhan dalam menghadapi krisis iklim. PLTU Pangkalan
Susu telah melaksanakan co-firing di luar waktu beban puncak dengan daya 130
MW. Namun 20% sekam padi terbuang karena tidak tergiling sempurna pada mill.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji optimalisasi pemanfaatan sekam padi
dalam skema co-firing, ditinjau dari aspek reduksi emisi karbon dan kontribusi
GRK, slagging dan fouling, potensi energi hijau (green energy) dengan skema
penjualan melalui Renewable Energy Certificate (REC), dan skema kenaikan harga
REC dan green electric sebagai upaya keberlanjutan co-firing.
Penelitian menggunakan simulasi perangkat lunak ASPEN Plus. Model divalidasi
menggunakan data aktual PLTU pada skenario 100% batubara, kemudian
digunakan untuk menganalisis skenario co-firing dengan variasi 3-50%. Hasil
penelitian menunjukkan, galat validasi simulasi rata-rata 0,4%. Hasil simulasi
variasi rasio co-firing 3%-50 % menunjukkan penurunan daya dari 197,6 MW
menjadi 174,7 MW. Namun masih memenuhi beban puncak 165–180 MW. Emisi
CO2e tahunan turun hingga 49,5%. Indeks slagging 0,04–0,12 dan fouling 0,2–0,3
berada pada kategori rendah–sedang.
Skema jalur bahan bakar terpisah menghilangkan kerugian massa sekam padi 20%,
menambah potensi energi hijau 720 MWh/hari setara 720 REC dan pendapatan
REC Rp25,2 juta/hari. Harga kenaikan sekam optimal Rp850/kg dan harga REC
Rp140.000/unit untuk margin keuntungan 12%. Pasokan sekam Provinsi Sumatera
Utara & Aceh mampu memenuhi 74 % kebutuhan tahunan co-firing. Usulan
kenaiikan harga green electric harus diatas 1 kali price green index yaitu
Rp1.589,17 per kWh.
Perpustakaan Digital ITB