digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Santy Festa Uli
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Santy Festa Uli
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Santy Festa Uli
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Santy Festa Uli
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Santy Festa Uli
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Santy Festa Uli
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

Covid 19 telah mmberikan impact yang besar terhadap ekonomi dunia. Banyak perusahaan menghadapi kesulitan luar biasa di tahun 2020 dan beberapa dari mereka terpaksa tutup karena sulitnya penjualan akibat Covid 19. KONE Indonesia (KIE) adalah salah satu perusahaan yang mencoba bertahan di masa pandemi ini. Fokus manajemen perusahaan bukan lagi pada sisi penjualan tetapi kepada likuiditas. Dengan kondisi pasar yang mengalami penurunan drastis, pembangungan gedung baru (NEB) di berhentikan sementara dan ini membuat servis pemeliharan bisnis (VA) menjadi tulang punggung untuk KIE bertahan selama pandemi. VA memiliki fondasi margin yang kuat, tetapi sangat lemah dalam likuiditas. Tantangannya ada di piutang usaha yang disebabkan oleh masalah internal dan eksternal. Di tahun-tahun sebelum pandemi, manajemen VA berfokus untuk memperbesar portfolio unit dan meningkatkan penjualan dan mengabaikan pentingnya likuiditas. Nilai inventory yang tinggi, piutang usaha yang tidak solid, dan tekanan dari vendor untuk pembayaran di muka selama masa pandemi membuat likuiditas VA memburuk. Dalam rangka upaya untuk memperbaiki situasi ini dengan hasil yang maximal dan sedikit tambahan biaya, kita menggunakan metode Cash Conversion Cyle (CCC). CCC mencakup DIO (days inventory out), DSO (days sales outstanding), DPO (days payable outstanding). Di Desember 2020, VA CCC 151 hari yang artinya butuh 5 bulan sejak inventory datang sampai tagihan penjualan dibayarkan oleh pelanggan. Berdasarkan data penjualan Q1, kita akan menhitung perubahan CCC melalui 2 alternatif yaitu : i. mengurangi DSO ; ii. Memperpanjang DPO. Peningkatan CCC akan dibandingkan dengan hasil laporan laba rugi di bagian laba operasional. Kita akan membandingkan laba operasional sesudah CCC terhadap target di awal tahun. Pada Maret 2021, option 1 DSO turun melalui pembayaran di muka untuk sparepart, dan kerjasama dengan collection agency untuk penagihan piutang usaha. Hasilnya adalah CCC menajdi lebih cepat menjadi 111 hari (turun 40 hari) akibat DSO turun dari 133 hari ke 111 hari. Dengan DSO yang semakin lebih cepat, penyisihan piutang tak tertaih turun 3% dan membuat laba operasi meningkat dari 30% (anggaran 2021) menjadi 32% (setelah CCC baru) Sementara itu untuk option 2, kita memperpanjang DPO dari 45 hari ke 90 hari. Hasilnya CCC membaik sebanyak 57 hari (dari 151 hari ke 94 hari), untuk alternatif ini terdapat biaya tambahan yang harus di keluarkan yang membuat laba operasional turun dari 30.1% menjadi 29.4%. Dengan melihat hasil dari kedua alternatif, kita memilih option 1 karena penurunan laba operasional akan memicu diskusi lebih lanjut untuk perampingan biaya di organisasi VA, dan ada resiko yang lebih besar yaitu kondisi market yang belum pulih yang akan membuat angka penjualan mejadi lebih sedikit dan laba operasional turun lebih jauh.