Pemanfaatan kembali perkerasan eksisting sebagai lapis fondasi atas menjadi
alternatif dalam menghadapi keterbatasan material alam yang memenuhi spesifikasi
teknis. Penelitian ini mengevaluasi kinerja campuran berbasis agregat daur ulang
dengan penambahan bahan stabilisasi, yaitu semen (CTRB) dan kombinasi semen
serta aspal emulsi (IRBCAE), dalam konteks rekonstruksi jalan yang
memungkinkan peninggian elevasi.
Campuran menggunakan proporsi 49% agregat daur ulang beraspal (dengan kadar
aspal sisa 5,34%) dan 51% agregat fondasi. Penentuan kadar bahan stabilisasi
dilakukan melalui uji kuat tekan bebas untuk semen dan pendekatan kuantitatif
berdasarkan analisis saringan untuk aspal emulsi. Modulus resilien digunakan
sebagai input pemodelan struktur perkerasan menggunakan perangkat lunak
KENPAVE. Hasil analisis dan simulasi desain menunjukkan CTRB memiliki
kekakuan tinggi dengan modulus resilien dan kuat tekan bebas yang lebih besar,
serta ketahanan deformasi permanen yang lebih baik. IRBCAE bersifat lebih
fleksibel, dengan ketahanan fatigue yang lebih tinggi dan respon viskoelastis
terhadap suhu. Pemodelan mengindikasikan potensi retak tarik di bawah lapis
permukaan beraspal pada IRBCAE, sementara pada CTRB retak cenderung terjadi
di bawah lapis fondasi. Lapis CTRB memerlukan penutup aspal lebih dari 175 mm
untuk mencegah retak refleksi. Biaya produksi IRBCAE per satuan volume lebih
tinggi dibanding CTRB.
Penelitian ini diharapkan menjadi referensi dalam pemilihan metode stabilisasi
lapis fondasi daur ulang, sekaligus mendukung pengurangan penggunaan agregat
alam dan meningkatkan nilai guna material bekas.