digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Udaya Suvatthi Paramita Halim [17021031]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

Karya Mirageology (2023) oleh Rega Ayundya Adiawati merupakan respon artistik terhadap krisis ekologi dan isu kepunahan fauna. Melalui pendekatan visual spekulatif, karya ini menggambarkan lanskap fatamorgana yang merepresentasikan kerusakan ekologis dan lenyapnya spesies. Museum MACAN kemudian mengeksplorasi nilai tematik dari karya ini melalui program edukasi anak berjudul Fauna Wastopia, yang mengadaptasi isu-isu dalam Mirageology ke dalam bentuk lokakarya seni kolase. Program ini dilaksanakan di ruang Children’s Art Space sebagai bagian dari komitmen museum terhadap pendidikan seni anak. Museum MACAN memegang peran penting dalam pengembangan pendidikan seni kontemporer di Indonesia. Sebagai salah satu dari sedikit institusi seni yang secara konsisten menjalankan program edukasi anak, MACAN membuktikan komitmennya dalam mempertemukan praktik seni dengan pembelajaran lintas usia. Program Fauna Wastopia menjadi representasi nyata dari misi tersebut—menghadirkan isu ekologis kompleks dalam bentuk yang dapat dipahami dan diekspresikan anak-anak melalui praktik artistik. Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana karya Mirageology diinterpretasi ulang oleh Museum MACAN dalam konteks program edukasi, serta bagaimana anak-anak menanggapi tema lingkungan melalui kegiatan seni kolase. Metode yang digunakan adalah pembacaan semiotik Roland Barthes—terutama pada aspek kode naratif serta lapisan denotatif dan konotatif—untuk menganalisis karya anak-anak yang dihasilkan selama program berlangsung. Di sisi lain, penelitian ini juga menggunakan teori manajemen Henri Fayol untuk menganalisis bagaimana fungsi-fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan diterapkan dalam pelaksanaan program Fauna Wastopia Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fauna Wastopia tidak hanya berhasil menerjemahkan nilai-nilai dari Mirageology, tetapi juga menjadi wadah bagi anak-anak untuk membangun narasi ekologis secara visual. Simbol-simbol seperti hewan imajinatif, lanskap hancur, hingga bentuk limbah menunjukkan bahwa anak-anak memiliki kemampuan untuk menyampaikan gagasan ekologis dalam bentuk kolase. Proses ini dipandu oleh sistem manajemen yang berjalan efektif: mulai dari pemilihan materi oleh kurator, penyusunan metode oleh tim edukasi, pelaksanaan kegiatan oleh fasilitator, hingga evaluasi dan dokumentasi.