digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Ramadani Putra
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

COVER Ramadani Putra
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

BAB 1 Ramadani Putra
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

BAB 2 Ramadani Putra
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

BAB 3 Ramadani Putra
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

BAB 4 Ramadani Putra
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

BAB 5 Ramadani Putra
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi


LAMPIRAN Ramadani Putra
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

Permintaan energi listrik pada era industri 4.0 terus meningkat, seiring pesatnya perkembangan teknologi dan aktivitas manusia. Untuk menjaga keberlanjutan sisitem pembangkit serta mendukung target zero net emission pada tahun 2060, pemerintah mendorong upaya diversifikasi energi melalui program 35.000 MW dan penerapan teknologi green energy seperti co-firing biomassa. Penelitian ini menganalisis dampak teknis, ekonomi dan lingkungan dari co-firing biomassa sawdust sebesar 5% dengan batu bara pada PLTU Indramayu Unit 2. Parameter operasional yang diamati meliputi arus dan suhu keluaran mill, Furnace Exit Gas Temperature (FEGT), serta Spesific Fuel Consumption (SFC). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sawdust dengan nilai kalor bruto sebesar 1.943 kcal/kg menyebabkan kenaikan arus mill 0,78 A, mill outlet temperature 1,72 0C dan FEGT mengalami penurunan 2,8 0C, serta peningkatan SFC sebesar 0,0197 kg/kWh dan kenaikan biaya produksi sebesar Rp 10,86 /Kwh, namun tetap berada dalam batas operasi yang dapat diterima. Dari sisi lingkungan, co-firing mampu menurunkan emisi SO2 sebesar 12,07% dan NOx sebesar 1,35%. Meskipun rasio 2S/Cl mengindikasikan potensi risiko korosi aktif, hal ini dapat dikendalikan melalui pemantauan dan pemeliharaan yang intensif. Secara keseluruhan co-firing sawdust dinilai layak secara teknis dan ramah lingkungan sebagai strategi transisi menuju sistem pembangkit rendah karbon di Indonesia.