Abstrak_ Deftendy Virgiatman [13321079]
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB I
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab II
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab III
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB IV
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB V
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
DAFTAR PUSTAKA
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Pertumbuhan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) skala besar menjadi
komponen krusial dalam strategi transisi energi Indonesia guna mendukung agenda
global menuju Net-Zero Emission. Namun demikian, sifat produksi energi surya
yang intermiten dan sangat bergantung pada kondisi cuaca menghadirkan tantangan
signifikan dalam menjaga keandalan serta stabilitas sistem kelistrikan. Oleh karena
itu, kebutuhan akan sistem prediksi produksi energi yang akurat menjadi semakin
mendesak. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengevaluasi sistem
prediksi berbasis pembelajaran mendalam untuk PLTS skala utilitas, dengan
membandingkan performa tiga arsitektur utama: Long Short-Term Memory
(LSTM), Gated Recurrent Unit (GRU), dan Bidirectional LSTM (BiLSTM). Studi
kasus dilakukan pada dua sistem yaitu PLTS A dan PLTS B, dengan
mempertimbangkan variasi data historis, pola cuaca lokal, dan faktor geografis.
Dataset yang digunakan mencakup 33 variabel cuaca dan energi, yang kemudian
diseleksi melalui analisis korelasi, multikolinearitas, serta memfilter data hilang.
Variabel-variabel seperti iradiasi matahari, suhu, waktu, dan kondisi cuaca ikonik
dipertahankan sebagai fitur utama yang berkontribusi terhadap prediksi output
energi. Setiap model dioptimalkan melalui penyesuaian hiperparameter dan
dievaluasi menggunakan empat metrik performa: Mean Absolute Error (MAE),
Root Mean Squared Error (RMSE), koefisien determinasi (R-Squared), dan Mean
Absolute Scaled Error (MASE). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa BiLSTM
merupakan model dengan performa terbaik secara umum. Pada PLTS A, BiLSTM
menghasilkan MAE sebesar 342,89 kWh, RMSE sebesar 476,94 kWh, dan RSquared
sebesar 70,96%. Sementara pada PLTS B, diperoleh MAE sebesar 288,61
kWh, RMSE sebesar 416,62 kWh, dan R-Squared sebesar 70,05%. Uji sensitivitas
terhadap horizon waktu prediksi menunjukkan bahwa performa terbaik diperoleh
pada horizon harian, dengan R-Squared mencapai 77,37% dan MASE sebesar 0,45.
Sebaliknya, akurasi menurun secara signifikan pada horizon mingguan dan
bulanan. Temuan ini menegaskan pentingnya pembaruan data berkala dan
pemilihan horizon prediksi yang sesuai untuk menjaga akurasi model. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam pengembangan sistem
pendukung keputusan berbasis AI untuk perencanaan operasional dan integrasi
PLTS dalam sistem tenaga nasional.
Perpustakaan Digital ITB