digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Banyak startup menghadapi kesulitan dalam mencapai keberlanjutan akibat perencanaan keuangan yang kurang matang dan keterbatasan sumber daya. Amusphere, perusahaan permainan kartu yang didirikan pada tahun 2023, meluncurkan tiga produk sekaligus tanpa melakukan penilaian keuangan sebelumnya. Meskipun produk-produk tersebut bertujuan untuk mengurangi stres dan mendukung koneksi sosial, Amusphere saat ini menghadapi tantangan dalam menjaga arus kas yang konsisten serta mengalokasikan sumber daya secara efisien. Penelitian ini berfokus pada evaluasi kelayakan finansial dari masing-masing produk—Royal Intrigue, SuKa, dan Pojok Diskusi—melalui analisis internal dan eksternal, termasuk PESTEL, Lima Kekuatan Porter, analisis pesaing 4P, dan pemetaan sumber daya. Penilaian keuangan dilakukan menggunakan proyeksi laporan keuangan lima tahun (pro forma), dengan tiga skenario strategis: menghentikan Royal Intrigue, menghentikan SuKa, atau melanjutkan ketiga produk. Setiap skenario diuji dalam kondisi optimistis, realistis, dan pesimistis, dengan modal awal sebesar Rp100 juta. Indikator evaluasi meliputi Discounted Payback Period (DPP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Profitability Index (PI). Hasil menunjukkan bahwa seluruh produk menghasilkan laba sejak tahun pertama, namun hanya skenario All Continued yang memenuhi seluruh kriteria kelayakan di semua asumsi. Temuan ini menekankan bahwa keberagaman produk membantu menyeimbangkan risiko dan mendukung pertumbuhan jangka panjang, sementara masalah utama di balik lambatnya arus kas lebih disebabkan oleh kinerja pemasaran yang terbatas, bukan tumpang tindih produk. Studi ini merekomendasikan untuk memprioritaskan Pojok Diskusi karena memberikan hasil yang konsisten, diikuti oleh Royal Intrigue. Perbaikan operasional, legalisasi usaha, serta eksekusi pemasaran yang lebih kuat juga diperlukan agar Amusphere dapat bertahan dan berkembang.