Abstrak - Zahra Qisthi Saufa
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Sektor perikanan di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, ditunjukkan dengan volume produksinya berdasarkan data KKP pada 2024 yang mencapai 24,57 juta ton dengan 7,39 juta pada perikanan tangkap dan 17,18 juta pada perikanan budidaya. Perbedaan volume produksi tersebut menunjukkan bahwa perikanan budidaya memiliki potensi lebih besar untuk dikembangkan dibandingkan perikanan tangkap. Dalam perikanan budidaya, salah satu sektor perikanan budidaya yang masuk ke dalam 3 (tiga) besar sektor budidaya tertinggi adalah ikan lele dengan total produksi mencapai 1,1 juta ton di tahun 2023. Salah satu jenis ikan lele yang cukup banyak diminati di kalangan pelaku usaha adalah lele sangkuriang. Ikan lele sangkuriang merupakan jenis ikan lele hasil persilangan lele dumbo yang menghasilkan sifat yang lebih unggul untuk dibudidayakan. Akan tetapi, masih banyak pelaku usaha budidaya yang belum mengintegrasikan aspek biologis dan ekonomis yang dapat meningkatkan profit dan perkembangan usaha yang dijalankan, hal ini juga terjadi di Family Farm. Family Farm belum melakukan pengukuran teratur mengenai parameter pendukung pertumbuhan ikan serta belum melakukan analisis mengenai waktu budidaya optimal dengan keuntungan maksimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis usaha budidaya lele di Family Farm berdasarkan pendekatan bioekonomi untuk mendapatkan keuntungan maksimal dengan kondisi optimal serta mengevaluasi parameter air pendukung pertumbuhan ikan. Parameter kondisi air seperti pH, DO, suhu, kecerahan air diukur secara langsung kemudian kadar amonia, nitrit, dan nitrat air diuji di Laboratotium Badan Hidrologi dan Lingkungan Keairan. Data parameter kualitas air yang didapat dibandingkan dengan standar air kolam budidaya ikan lele yang ditetapkan oleh BSN. Pengambilan data panjang dan berat ikan lele dilakukan dengan cara sampling sebanyak 30 ikan secara langsung pada hari ke-55, 75, 95, 111, 125, dan 147 menghasilkan total 180 ikan yang diukur. Pola laju pertumbuhan ikan dianalisis menggunakan persamaan umum panjang berat ikan W = aLb. Data panjang dan berat ikan dianalisis menggunakan model bioekonomi polinomial untuk menentukan waktu optimal dengan keuntungan maksimal dari budidaya yang dilakukan serta faktor kondisi fulton untuk mengevaluasi kesehatan ikan berdasarkan konformasi tubuhnya. Parameter kualitas air yang memenuhi standar BSN adalah pH, suhu, DO, serta kadar nitrit dan nitrat sedangkan kecerahan dan amonia belum memenuhi standar. Parameter kualitas air yang belum memenuhi standar dapat menyebabkan penurunan kualitas ikan namun rentang parameter yang diukur masih berada dalam rentang toleransi ikan lele. Hasil perhitungan faktor kondisi fulton menunjukkan nilai sebesar 0,94 yang menunjukkan bahwa ikan lele sangkuriang di Family Farm belum berada dalam kondisi kesehatan yang baik. Berdasarkan analisis panjang dan berat, pola laju pertumbuhan ikan menghasilkan persamaan W = 0,0161L2,7828 dengan laju pertumbuhan harian 2,62%/hari. Dilakukan analisis mengenai waktu budidaya sesuai permintaan pasar dan umur biologis ikan yang menghasilkan berat ikan sesuai permintaan pasar adalah 100 dan 125 gram/ekor. Model optimalisasi keuntungan berdasarkan data yang didapatkan adalah = 0,163tb3 + 377,205tb2 72.703,71tb + 15.216.853,22. Berdasarkan persamaan tersebut, keuntungan tertinggi dengan benih umur 55 hari dan berat 4 g/ekor diperoleh ketika ikan dibudidayakan dalam waktu 155 hari dengan ukuran panen 125 g/ekor. Keuntungan yang dapat diperoleh adalah Rp37.213.060,493/tahun dengan 3 fase panen yaitu bulan ke-5, 10, dan 12 sesuai waktu budidaya 155 hari.
Perpustakaan Digital ITB