digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Oki Hedriana
PUBLIC Open In Flipbook Devi Septia Nurul

Indonesia berdedikasi untuk mengatasi perubahan iklim dengan menetapkan target pengurangan emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2030 dan mencapai emisi nol (zero emission) pada tahun 2050. Teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) merupakan salah satu usaha teknologi mitigasi pemanasan global dengan mengurangi jumlah gas karbon dioksida (CO2) yang tersebar di atmosfir sekaligus memanfaatkannya bagi keberlangsungan hidup manusia. Pada kegiatan industri perminyakan, teknologi ini disebut dengan istilah CO2 Enhanced Oil Recovery (CO2-EOR) dan CO2 Enhanced Gas Recovery (CO2-EGR). Teknologi tersebut dilakukan untuk meningkatkan kembali produksi lapangan minyak dan gas yang sudah menurun/depleted produksinya, sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca. Sejak tahun 2023 kegiatan CCS/CCUS di Indonesia telah mempunyai dasar hukum berupa Peraturan Menteri (PERMEN) No. 2 Tahun 2023, Peraturan Menteri (PERMEN) No 16 tahun 2024 dan Peraturan Presiden (PERPRES) No 14 tahun 2024, yang menetapkan bahwa setiap kontraktor atau pemegang izin operasi penyimpanan CO2 diwajibkan melakukan monitoring injeksi CO2 yang dilakukan pada saat pengumpulan data awal (rona awal), selama operasi penyimpanan karbon, dan selama 10 (sepuluh) tahun sejak penutupan. Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan Sukowati, yang terletak di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Lapangan tersebut termasuk dalam wilayah operasi PT. Pertamina EP Cepu dan memiliki sejarah panjang dalam eksplorasi serta produksi hidrokarbon. Dalam beberapa tahun terakhir, Lapangan Sukowati menunjukkan penurunan laju produksi yang signifikan. Penurunan produksi ini mendorong urgensi untuk diterapkannya teknologi peningkatan perolehan minyak (Enhanced Oil Recovery/EOR), dengan metode injeksi karbon dioksida (CO?) sebagai salah satu pendekatan utama yang dipertimbangkan. Dalam konteks tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan rancangan monitoring berbasis metode seismik empat dimensi (4D), yang dikenal juga sebagai seismik selang waktu (timelapse seismic). Metode ini memungkinkan pendeteksian perubahan sifat fisika batuan dan fluida di dalam reservoar secara temporal melalui perbandingan antara survei seismik awal (baseline) dan survei susulan (monitoring) yang dilakukan secara berulang di lokasi yang sama. Penelitian ini secara metodologis terbagi ke dalam tiga tahapan utama. Pertama adalah tahap perancangan desain survei seismik yang mempertimbangkan berbagai faktor teknis dan non-teknis, termasuk kondisigeologi bawah permukaan, topografi permukaan, serta keterbatasan sosial dan operasional di sekitar lapangan. Kedua adalah tahap pemodelan sintetik, yang bertujuan untuk melakukan simulasi propagasi gelombang seismik dan memprediksi respons bawah permukaan terhadap injeksi CO?. Ketiga adalah tahap pengolahan data hasil survei seismik selang waktu, yang dilakukan untuk menganalisis perbedaan antar dataset baseline dan monitoring serta untuk menginterpretasi distribusi spasial plume CO? secara akurat. Salah satu tantangan utama yang diidentifikasi dalam pelaksanaan survei seismik di wilayah padat penduduk adalah tingginya risiko gangguan sosial yang dapat mempengaruhi kelancaran kegiatan akuisisi data. Sebagai solusi terhadap permasalahan ini, penelitian ini merumuskan pendekatan baru dalam desain survei seismik 4D yang bersifat tidak reguler (irregular), yaitu dengan pola akuisisi yang fleksibel dan tidak terikat pada simetri geometris konvensional. Rancangan irregular ini dikembangkan secara adaptif dengan mempertimbangkan karakteristik spasial lapangan, potensi gangguan permukaan, serta efisiensi biaya secara keseluruhan. Meskipun tidak mengikuti konfigurasi grid atau orthogonal seperti pada survei seismik standar, pendekatan irregular yang digunakan dalam penelitian ini tetap mempertahankan kemampuan akuisisi data dengan cakupan offset dan azimuth yang memadai untuk mendeteksi perubahan bawah permukaan. Selain itu, rancangan ini mengintegrasikan prinsip desain yang bertujuan meminimalkan kemungkinan terjadinya aliasing, yaitu gangguan dalam pencitraan seismik akibat sampling spasial yang tidak sesuai. Hasil pengolahan menunjukkan bahwa desain irregular mampu mengidentifikasi zona injeksi dan penyebaran CO? dengan resolusi spasial yang cukup tinggi, sekaligus membuktikan validitas pendekatan alternatif yang lebih adaptif terhadap kondisi lapangan. Secara keseluruhan, penelitian ini membuktikan bahwa survei seismik irregular dapat menjadi solusi strategis dalam konteks monitoring CCUS di wilayah padat penduduk. Dengan integrasi desain yang fleksibel, pemodelan sintetik yang representatif, serta pengolahan data yang presisi, rancangan ini tidak hanya mengatasi kendala sosial dan teknis, tetapi juga menawarkan efisiensi biaya yang signifikan. Kontribusi utama dari penelitian ini adalah pembuktian bahwa metode seismik selang waktu dapat diterapkan secara praktis di lapangan yang memiliki kompleksitas tinggi, serta mendukung implementasi teknologi EOR berbasis CO? secara berkelanjutan di Indonesia