Lignoselulosa tandan kosong sawit (TKS) dapat ditingkatkan nilai tambah
ekonominya secara fraksionatif untuk menghasilkan lignin, hemiselulosa, dan
selulosa. Tahap pertama fraksionasi lignoselulosa adalah delignifikasi atau
pemisahan lignin. Umumnya metode delignifikasi berkondisi operasi berat dengan
temperatur dan tekanan tinggi, serta menggunakan bahan kimia asam atau basa
kuat. Fraksionasi lignoselulosa TKS dikehendaki beroperasi pada temperatur
medium dan tekanan atmosferik dengan penggunaan bahan kimia asam atau basa
kuat yang minimal, dan selektif, sehingga meminimalkan tersingkirnya sebagian
hemiselulosa dan selulosa dari holoselulosa, serta lignin yang terpisah dapat
terdepolimerisasi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan
metode delignifikasi selektif TKS dengan derajat pemisahan lignin (derajat
delignifikasi) yang layak dan derajat penguraian hemiselulosa dari holoselulosa
yang rendah untuk menghasilkan lignin, hemiselulosa, dan holoselulosa. Ada dua
metode delignifikasi yang diteliti pada penelitian ini untuk fraksionasi lignoselulosa
TKS yaitu delignifikasi biomimetik bersistem katalis kimia yang meniru
mekanisme kerja delignifikasi biologi di alam dan delignifikasi organosolv.
Delignifikasi biologi dikenal dapat memfraksionasi lignoselulosa secara efektif,
namun prosesnya berlangsung lambat dan membutuhkan biaya perawatan mikroba
atau biaya penyediaan enzim yang tinggi pada skala besar. Metode pertama untuk
fraksionasi lignoselulosa TKS pada penelitian ini adalah delignifikasi biomimetik,
yaitu delignifikasi dengan sistem katalis kimia yang terinspirasi dari delignifikasi
biologi dengan meniru pembentukan mediator redoks enzim ligninolitik, yaitu
Mn3+ dan hidrogen peroksida (H2O2). Pembentukan radikal hidroksil (?OH) yang
sangat reaktif dan dapat merusak tidak hanya lignin, namun juga hemiselulosa dan
selulosa, sehingga menjadi CO2 dan air perlu untuk dicegah. Pencegahan
pembentukan ?OH dilakukan dengan meniru mekanisme kerja enzim mangan
dismutase superoksida (Mn-SOD) menggunakan ion Mn2+ dan ligan yang sesuai.
Pembentukan mediator redoks Mn3+ dan H2O2 diteliti dengan menggabungkan
logam transisi, ligan yang sesuai, dan oksigen dari udara dalam sistem katalis kimia
yang digunakan dalam delignifikasi biomimetik.
Metode pertama delignifikasi biomimetik untuk fraksionasi lignoselulosa TKS
pada penelitian ini meneliti lima sistem katalis. Pertama, larutan kompleks Mn2+ laktat/3,4–dihidroksibenzoat/3,4–dihidroksibenzensulfonat ditambah Cu2+ laktat/
3,4–dihidroksibenzoat/3,4–dihidroksibenzensulfonat atau suspensi oksida/
hidroksida Cu2+–Mn3+ atau suspensi oksida/hidroksida Zn2+–Mn3+. Kedua, larutan
Mn2+–Fe2+ dalam buffer malat-tartrat pada pH 4 atau 6. Ketiga, larutan Mn2+–Fe2+
dalam buffer malat, laktat, dan malat-laktat pada pH 4 atau 6. Keempat, suspensi
Cu2+–Mn2+ pirofosfat di dalam larutan trietanolamin dan trinatriumfosfat atau
trikaliumfosfat pada pH >8. Kelima, larutan kompleks Mn2+ asetat tetrahidrat,
kalsium klorida, dan/tanpa Cu2+ asetat monohidrat dalam larutan dietilamin pada
pH >8. Pengujian delignifikasi biomimetik diselenggarakan pada tekanan
atmosferik dan temperatur sekitar 100 ?C selama 6 jam.
Metode kedua delignifikasi organosolv untuk fraksionasi lignoselulosa TKS yaitu
dengan penggunaan cairan monoetanolamin (MEA). MEA dikenal dapat
mendelignifikasi lignoselulosa hampir sempurna, namun belum banyak penelitian
yang menggunakan MEA untuk fraksionasi lignoselulosa TKS. Pengujian
delignifikasi MEA diselenggarakan pada tekanan atmosferik dan temperatur titik
didih medium selama 5,5 jam. Ukuran keefektifan metode delignifikasi biomimetik
dan delignifikasi MEA yang pertama ditinjau dari hasil analisis derajat
delignifikasi. Delignifikasi yang menghasilkan derajat delignifikasi yang layak
kemudian dianalisis derajat penguraian hemiselulosa dari padatan holoselulosanya.
Kemudian dilakukan pemisahan hemiselulosa dan lignin dari cairan
pendelignifikasi.
Penelitian sistem katalis pertama delignifikasi biomimetik terkendala pada
ketersediaan bahan yang sudah tidak diproduksi lagi di pasaran, sehingga tidak
dilanjutkan hingga tahap uji coba. Hasil unjuk kerja derajat delignifikasi terbaik
pada sistem katalis kedua hingga kelima delignifikasi biomimetik secara berurutan
yaitu 14,36%, 11,76%, 67,74%, dan 25,57 %. Sedangkan, hasil unjuk kerja derajat
delignifikasi terbaik pada metode delignifikasi organosolv menggunakan MEA
yaitu 98,32%.
Berdasarkan derajat delignifikasi tertinggi dari delignifikasi MEA sebesar 98,32%,
kemudian dianalisis derajat penguraian hemiselulosa dari holoselulosa tertingginya
sebesar 40,16%. Selanjutnya dilakukan pemisahan hemiselulosa dan lignin dari
cairan pendelignifikasi MEA. Derajat delignifikasi tertinggi 98,32% dan derajat
penguraian hemiselulosa 40,16% diperoleh pada kondisi operasi 100 ml 100%-v
MEA, 160 ?C, 5,5 jam, rasio L/S 33,3/1. Delignifikasi 10 gram TKS, 100 ml 100%-
v MEA, 158 ?C, 5,5 jam, rasio L/S 10/1, menghasilkan 6,78 gram holoselulosa,
0,278 gram hemiselulosa, dan 0,276 gram lignin. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa fraksionasi lignoselulosa TKS menggunakan metode delignifikasi MEA
menunjukkan metode delignifikasi yang lebih selektif untuk menghasilkan lignin,
hemiselulosa, dan holoselulosa sebagai bahan baku aneka produk bahan kimia
turunannya.
Perpustakaan Digital ITB