digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhamad Ghani Farhan
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER Muhamad Ghani Farhan
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Muhamad Ghani Farhan
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Muhamad Ghani Farhan
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Muhamad Ghani Farhan
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Muhamad Ghani Farhan
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Muhamad Ghani Farhan
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Muhamad Ghani Farhan
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

Polimer sebagai biomaterial telah menarik perhatian luas dalam bidang biomedis karena sifatnya yang biodegradable dan biofungsional. Salah satu kemampuan menarik dari jenis polimer tertentu adalah shape memory effect (SME), yaitu kemampuan material untuk kembali ke bentuk semula setelah mengalami deformasi ketika diberikan stimulus eksternal, khususnya stimulus termal. Dalam penelitian ini, poly lactic acid (PLA) dipilih sebagai fokus utama karena kekuatan mekaniknya yang tinggi dan potensi responss termalnya yang menjanjikan. Studi ini mencakup karakterisasi sifat mekanik, responss termal terhadap SME, serta mekanisme pemulihan bentuk PLA. Hasil uji mekanik menunjukkan bahwa PLA memiliki ultimate stress sebesar 38,11 MPa dan ultimate strain sebesar 2,69%, dengan batas proporsional kurang dari 0,3%. Uji SME menunjukkan bahwa PLA mampu mencapai shape recovery hingga 100% pada temperatur ?66°C, dengan pemulihan parsial mulai terjadi di atas 48°C. Pemulihan sempurna diamati pada temperatur 58,5°C, namun terbatas pada deformasi kecil (<1,07%), sedangkan pada deformasi besar pemulihan tidak signifikan jika temperatur stimulus berada di bawah temperatur glass ( ???????? ). Sementara itu, shape fixity PLA berada dalam kisaran 55–85% dan menunjukkan penurunan performa dengan penggunaan berulang. Mekanisme SME pada PLA ditunjukkan melalui orientasi rantai polimer selama proses deformasi yang membentuk kristalit sebagai struktur penahan bentuk. Ketika dipanaskan, struktur ini menjadi lebih acak seiring peningkatan intensitas Raman pada fase amorf, memungkinkan sampel kembali ke bentuk asal secara makroskopik.