Pada saat ini pengembangan E-government pada pemerintah daerah sudah
menjadi sebuah tuntutan yang harus dilakukan dalam rangka untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang semakin global. Pengembangan e-government
melalui beberapa tahapan yaitu persiapan, inisialisasi, interaksi, transaksi dan
pelayanan. Masing-masing tahapan mempunyai target yang harus dicapai. Dalam
pencapaiannya perlu sebuah budaya yang harus dijalankan, budaya tersebut
adalah budaya pengetahuan digital, budaya kerja digital, budaya komunikasi
digital, budaya koordinasi digital, budaya pelayanan digital.
Setiap organisasi mempunyai budaya organisasi yang dianut dan menjadi sebuah
motor penggerak dalam melaksanakan setiap kegiatan. Budaya organisasi terbagi
dalam empat model yaitu budaya klan, hirarki, adhokrasi dan market. Setiap
model budaya mempunyai ciri khas dan pencapaian yang berbeda. Pemerintah
daerah sebagai sebuah organisasi pemerintahan mempunyai budaya organisasi
yang dianut dan dijadikan penggerak dalam mencapai visi dan misi yang telah
dirumuskan.
Dalam tesis ini dibahas tentang pengembangan e-government yang berhasil
dikembangkan pada saat ini dan budaya organisasi yang berjalan saat ini dan
budaya yang diharapkan pada kondisi yang akan datang. Analisis yang dilakukan
terkait dengan budaya organisasi yang berjalan pada saat ini dikaitkan dengan
tahapan pengembangan e-government. Setelah itu dilakukan analisis terhadap
budaya yang diharapkan oleh pemerintah daerah pada kondisi yang akan datang.
Pengambilan data dilakukan di wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY), dengan mengambil sampel pada Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah
Kabupaten Sleman dan Pemerintah Kabupaten Bantul. DIY mempunyai ciri khas
dari bentuk pemerintahannya yaitu kerajaan, adanya kekuasaan raja yang ikut
andil dalam menjalankan pemerintahan. Waktu pengambilan data dari bulan
Maret hingga bulan Mei untuk melihat budaya yang sedang berjalan di ketiga
pemerintahan daerah tersebut.
Hasil akhir adalah sebuah model budaya organisasi di DIY yang sesuai dengan
harapan dengan memasukkan budaya pada tahapan pengembangan e-government.
Tujuan dari model ini agar pengembangan e-government dapat sesuai dengan
budaya organisasinya. Budaya organisasi yang berjalan pada ketiga pemerintah daerah adalah budaya
klan dan tahapan pengembangan e-government pada tahap inisialisasi menuju ke
tahap interaksi. Budaya yang harus dijalankan adalah budaya klan yang
dipengaruhi oleh budaya kerja digital menuju ke budaya komunikasi digital.
Budaya yang diharapkan pada ketiga pemerintah daerah adalah pada kondisi yang
akan datang tetap pada budaya klan, sehingga pada tahapan interaksi, transaksi
dan pelayanan mengacu pada budaya tersebut. Posisi keenam kompetensi yang
diharapkan oleh ketiga pemerintah daerah ini adalah karakteritik dominan,
manajemen kepegawaian, perhatian/penekanan strategis, dan kreteria sukses pada
budaya klan, sedangkan pada kompetensi pimpinan organisasi dan hubungan
dalam organisasi berada pada model hirarki.
Diharapkan pada tesis ini dapat memberikan kontribusi pada ketiga pemerintah
daerah berupa pengetahuan dan pemahaman tentang budaya organisasi dalam
pengembangan e-government. Rekomendasi budaya organisasi ini diharapkan
dapat memberikan gambaran tentang proses yang harus dilakukan pada tahapan
pengembangan e-government.