Tahapan eksplorasi awal minyak dan gas bumi hingga masuk proses eksploitasi lapangan yang sudah terbukti mengandung hidrokarbon membutuhkan metode prediksi fluida reservoir yang akurat. Metode log lumpur dengan gas kromatografi merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis komponen hidrokarbon C1–C5. Namun, penggunaan Synthetic Oil Based Mud (SOBM) dalam pengeboran dapat menyebabkan distorsi dalam pembacaan kandungan hidrokarbon oleh gas kromatogram, sehingga mempengaruhi keakuratan interpretasi jenis fluida reservoir. Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya distorsi akibat penggunaan SOBM serta membandingkan akurasi metode log lumpur dengan metode pengambilan sampel dari Drill Stem Test (DST) di Lapangan Belut Selatan, Cekungan Natuna Barat.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan akhir sumur, data gas yang diperoleh dari log lumpur, serta data gas yang diperoleh dari DST yang dianalisis menggunakan metode Pixler (1969) dan Haworth (1985). Analisis tersebut dilakukan untuk mengetahui kandungan jenis fluida yang terkandung dalam sumur yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan SOBM menyebabkan estimasi berlebih kandungan hidrokarbon C1 dan C2, yang ditandai dengan tingginya nilai komponen hidrokarbon pada log lumpur dengan selisih relatif dengan DST mencapai 9,19% pada C1 dan 60,32% pada C2. Kebalikannya terjadi pada komponen C3 – C5. Nilai pada pembacaan log lumpur sangat rendah, dengan selisih relatif C3 mencapai 82,55%, pada C4 dan C5 mencapai 100% karena nilai log lumpurnya nol. Data kemudian diolah menggunakan dua metode yang telah disebutkan. DST mampu memprediksi bahwa fluida reservoir adalah gas. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa metode DST lebih direkomendasikan untuk validasi prediksi fluida dibandingkan dengan metode log lumpur yang menggunakan SOBM.