Lapangan panas bumi Tulehu merupakan salah satu prospek panas bumi di Indonesia Timur yang saat ini dikelola oleh PT PLN (Persero). Pada lapangan ini telah dilakukan serangkaian eksplorasi termasuk pengeboran 5 (lima) sumur dalam. Namun, hasil pengeboran belum menunjukkan hasil yang baik, dimana temperatur sumur terukur lebih rendah dari estimasi sebelum pengeboran. Adanya kondisi tersebut maka diperlukan konfirmasi apakah temperatur tersebut sesuai dengan temperatur pembentukan sistem panas bumi sebenarnya ataukah terdapat perubahan dari kondisi pembentukannya. Penelitian ini menggunakan data yang tersedia dari 4 (empat) sumur meliputi petrografi & XRD (karakteristik alterasi hidrotermal), inklusi fluida, dan data pengeboran.
Analisis mineral hidrotermal menunjukkan sistem panas bumi terbentuk oleh fluida netral. Paragenesis mineral yang dianalisa dari cutting sumur menunjukkan setidaknya terdapat 3 tahapan alterasi. Tahap awal kemungkinan merupakan sistem hidrotermal temperatur tinggi yang ditandai dengan pembentukan mineral hidrotermal temperatur tinggi seperti aktinolit + epidot + kuarsa yang berasosiasi dengan klorit + illit (temperatur >280°C). Sistem panas bumi Tulehu selanjutnya mengalami pendinginan, dimana tahap berikutnya terbentuk anhidrit dan kalsit yang menggantikan (overprint) mineral temperatur tinggi, serta tahap terakhir berupa pembentukan mineral kalsit dan silika (kuarsa) yang memotong atau menggantikan mineral-mineral yang telah hadir sebelumnya serta mengisi ruang pada rekahan. Pendinginan tersebut tercermin dari pengukuran temperatur bawah permukaan saat ini yang memiliki temperatur kesetimbangan di reservoir sekitar 210±10°C. Kondisi saat ini pada sumur TLU-B-01 dan TLU-B-02 relatif setimbang dengan kondisi masa lampau, sedangkan pada sumur TLU-D-01 dan TLU-C-01 terdapat gap temperatur yang signifikan menurun antara masa lampau dan kondisi saat ini. Analisis lebih lanjut terhadap sumur TLU-D-01 berdasarkan data geokimia brine reservoir menunjukkan indikasi mixing dengan air yang lebih dingin. Hal tersebut juga dicirikan oleh menurunnya temperatur pada kurva PT pada kedalaman sekitar 690 mMD.