digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Ruas Jalan Bts. Kab. Serang – Bts. Kota Pandeglang STA. 1+100 merupakan salah satu ruas jalan yang menjadi rawan banjir di Provinsi Banten. Banjir tersebut disebabkan oleh curah hujan yang tinggi yang menyebabkan adanya luapan air sungai. Perlu dilakukan penanganan jalan yang efektif agar lalu lintas yang melewati ruas jalan tersebut tetap dapat dilayani dengan baik. Alternatif penanganan ruas jalan tersebut yaitu berupa peninggian jalan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tebal lapis peninggian untuk kegiatan peninggian jalan pada ruas jalan terdampak banjir, menganalisis kinerja sistem perkerasan rigid pavement dan flexible pavement untuk kegiatan peninggian jalan pada ruas jalan terdampak banjir, dan menentukan jenis sistem perkerasan yang tepat dari sisi kinerja dan biaya konstruksi. Penelitian dilakukan dengan melakukan perhitungan menggunakan metode Bina Marga Nomor: 23/SE/Db/2021 tentang Pedoman Desain Drainase Jalan terkait tinggi luapan air yang tidak dapat ditampung oleh saluran air yang menyebabkan banjir. Tinggi luapan air tersebut dijadikan dasar penentuan tinggi minimum peninggian jalan. Dalam analisis desain sistem perkerasan dengan metode empiris menggunakan Manual Desain Perkerasan Jalan (MDP) Tahun 2024 No. 03/M/BM/2024 kemudian dimodelkan sistem perkerasan jalan untuk dianalisis dengan metode mekanistik-empiris menggunakan program kenpave. Analisis selanjutnya dilakukan perbandingan dalam aspek perkiraan biaya dari setiap sistem perkerasan jalan. Hasil analisis penentuan kebutuhan peninggian jalan akibat luapan air sungai yaitu menaikkan elevasi jalan minimum sebesar 23 cm. Analisis metode empiris didapatkan tebal beton pada rigid pavement yang diperlukan yaitu 315 mm dengan dipilih Tipe 1R dan Tipe 2R, serta tebal aspal pada flexible pavement yang diperlukan yaitu 285 mm. Ditentukan 2 jenis model rigid pavement dan 4 jenis model flexible pavement yang dianalisis dengan program Kenpave. Analisis metode mekanistik empiris menghasilkan bahwa untuk rigid pavement dipilih Tipe 2R dengan nilai index cracking dan max stress terkecil serta untuk flexible pavement dipilih Tipe 4F dengan nilai jumlah repetisi beban pada fatigue cracking dan permanent deformation yang paling besar. Analisis biaya menghasilkan bahwa untuk rigid pavement Tipe 2R (umur rencana 40 tahun) senilai Rp. 10.615.725,00/m’ dan untuk flexible pavement Tipe 4F (umur rencana 20 tahun) senilai Rp. 11.392.791,00/m’. Apabila akan dilakukan pemilihan antara rigid pavement dan flexible pavement berdasarkan biaya, maka harus dilakukan perbandingan dengan umur rencana yang sama, dalam hal ini diambil umur rencana 40 tahun maka Tipe 2R lebih kecil biaya nya dibandingkan dengan Tipe 4F.