digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Lapangan Panas Bumi Muara Laboh mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2019. Lapangan ini aktif melakukan pemantauan manifestasi termal dengan tujuan untuk memahami respons manifestasi termal terhadap kegiatan produksi dan hubungannya dengan dinamika reservoir. Berdasarkan penelitian pemantauan fumarola di dekat area produksi disimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan signifikan selama dua tahun pertama produksi. Namun, respons manifestasi air terhadap kegiatan produksi belum dilakukan meskipun perubahan manifestasi air dapat mencerminkan dinamika reservoir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan parameter fisika dan kimia manifestasi air serta penyebab perubahannya berdasarkan studi geokimia. Data penelitian terdiri dari delapan manifestasi air yang meliputi data parameter fisika dan kimia pada periode sebelum produksi dan setelah produksi. Data parameter fisika mencakup temperatur air manifestasi, pH, dan TDS, sementara data parameter kimia mencakup unsur terlarut dan isotop stabil. Data sebelum produksi meliputi data tahun 2008 dan 2016, sementara data setelah produksi meliputi data tahun 2022 yakni setelah tiga tahun pertama produksi. Data penelitian dianalisis perubahannya menggunakan grafik antar waktu, diagram terner, dan diagram klorida-entalpi (mixing model) untuk menginterpretasi penyebab perubahan serta proses dominan pada manifestasi air dengan ditunjang data geologi lokal, data kimia brine injeksi dan data kimia air meteorik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan signifikan parameter fisika dan kimia manifestasi air akibat kegiatan produksi terjadi pada manifestasi air Sapan Malulong, Bangko Kecil, dan Rimbo Tengah. Perubahan ini disebabkan oleh mixing dengan brine injeksi terdilusi dari sumur ML-D2 melalui sesar permeabel yang dikonfirmasi oleh tracer test. Sementara itu, manifestasi air Sapan Central mengalami perubahan yang tidak signifikan tetapi tetap dipengaruhi oleh kegiatan produksi, dengan proses boiling alami sebagai mekanisme utama. Sebaliknya, perubahan signifikan yang tidak terkait dengan kegiatan produksi terdeteksi pada manifestasi air Pekonina dan Air Hitam, yang mengalami perubahan akibat proses kondensasi. Adapun perubahan yang tidak signifikan dan tidak terpengaruh oleh produksi ditemukan pada manifestasi air Bukit Sikapa dan Pinangawan, yang didominasi oleh proses dilusi dengan air meteorik. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung pengelolaan reservoir yang berkelanjutan serta mitigasi potensi dampak lingkungan.