Sistem hybrid adalah suatu sistem yang memiliki banyak gabungan pembangkit
(thermal dan renewable energy). Lokasi peneilitian berada di Pulau Gili Ketapang
yang terletak di Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa
Timur. Kondisi eksisting pada Gili Ketapang kebutuhan listrik disuplai oleh sistem
Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD). PLTD Gili Ketapang terdiri dari 2 mesin
yaitu mesin CUMMINS II dan CUMMINS III dengan daya mampu masing-masing
525 kW yang dioperasikan secara bergiliran. Beban puncak maksimum yang
pernah dialami oleh sistem Gili Ketapang adalah 474 kW pada tahun 2021. Secara
rata-rata pada tahun 2024 untuk beban pada saat LWBP adalah 302 kW dan saat
WBP adalah 373 kW. Sistem PLTD memiliki biaya operasional yang tinggi,
ketergantungan logistik yang rumit, serta dampak lingkungan signifikan.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan solusi di Gili Ketapang agar pemenuhan
kebutuhan listrik dapat selalu tersedia dengan andal dan berkualitas dan dengan
adanya system baru yang diterapkan dapat mengurangi biaya pembangkitan serta
menciptakan energi yang ramah lingkungan.
Melalui struktur mikrogrid, potensi pengembangan sistem pembangkit tenaga
berbasis energi terbarukan, berbagai jenis penyimpanan, dan beban yang bervariasi
diintegrasikan. PLTS sebagai energi baru terbarukan tentunya diharapkan mampu
mengurangi biaya operasi PLTD dikkarena PLTS mendapatkan energi primer
secara gratis. Namun PLTS memiliki kekurangan seperti energi baru terbarukan
pada umumnya yaitu “intermitten”, dimana pada PLTS sendiri tidak dapat secara
terus-menerus menyuplai sistem karena bergantung pada paparan sinar matahari.
Walaupun PLTS juga dilengkapi dengan Battery Energy Storage System (BESS),
namun kapasitas nya tidak dapat memenuhi kebutuhan listrik secara terus –
menerus dalam jangka panjang.
Diperlukan tambahan pembangkit ramah lingkungan lainnya yang sumber
energinya melimbah di sekitar daerah terisolasi yakni, biomassa yang berbahan
bakar sisa hasil panen jagung (maize stover). Diharapkan dengan adanya
pembangkit ini dapat meningkatkan tingkat perekonomian warga sekitar.
Tesis ini menyajikan penelitian optimasi tentang desain dan pengembangan sistem
energi terbarukan hibrida untuk aplikasi mikrogrid di Gili Ketapang. Sistem ini
menggabungkan teknologi solar PV, biomassa, dan baterai. Sebuah teknik optimasi
Least Cost dengan aplikasi HOMER telah dilakukan untuk menentukan ukuran
optimal dari sumber-sumber dalam sistem hibrida, dengan mempertimbangkan
potensi sumber daya dan kebutuhan beban di Gili Ketapang.
Evaluasi menunjukkan bahwa yang paling optimal adalah kapasitas PV sebesar 798
kW, Biomassa sebesar 343 kW dan baterai Lithium ion sebesar 3.400 kWh.
Sedangkan secara biaya sistem hybrid yang terhubung ke jaringan yang optimal
memperoleh NPC 167,26 milyar dan biaya pembangkitan (COE) sebesar Rp.
4.615/kWh. Dan secara dampak lingkungan, dengan sistem baru ini emisi gas CO2
mencapai 9.543 kg/tahun.
Selain mendesain sistem yang dapat dikategorikan secara finansial paling optimal,
dalam penelitian ini juga penulis melakukan analisis terkait sisi keteknisan dengan
menggunakan aplikasi DIGSILENT Power Factory yakni mensimulasikan rugirugi
yang ditimbulkan dan analisa kestabilan dalam kondisi tertentu, sehingga
diharapkan dengan sistem baru ini selain layak dari sisi ekonomis juga layak dari
sisi teknik. Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa rugi-rugi setelah diterapkan
system baru menjadi 2,11% (turun 78,92% dari susut bulan Desember 2024)
Program ini penting karena dapat mengantisipasi pemadaman bergilir akibat
kekurangan pasokan dan mengurangi biaya pembangkitan. Ini sejalan dengan
program PLN, yang mendukung energi ramah lingkungan. Dan pemerintah daerah
dan PT PLN dapat bekerja sama untuk mengelola sumber daya energi baru
terbarukan secara terintegrasi.